0

Ibu mana yang tak khawatir ketika buah hati tercintanya belum bisa mengucapkan satu kata, sekalipun kata ibu. Apa yang salah selama ini? Sesulit itukah menyebutkan kata iiiiiiiii….buuuuuu? Oh, frustasi sekali rasanya.

Itulah yang terjadi pada anak pertamaku, Salma atau yang akrab kupanggil kak Sal yang berusia dua tahun pada waktu itu. Sebagai seorang ibu baru, aku merasa sedih sekaligus bingung. Padahal kupikir, aku sudah berusaha keras memberinya stimulasi berbicara setiap hari. Baik dengan mengajaknya mengobrol, membaca buku, dan menyanyi.

Apakah masih belum cukup? Kurang lamakah kubacakan buku untuk kak Sal? Jangan-jangan dia mengalami speech delay? Ah, sungguh menakutkan. Itulah pertanyaan-pertanyaan besar yang jawabannya kemudian kucari tahu pelan-pelan.

Jawaban yang pertama, aku harus tetap tenang dan tidak panik bagaimanapun keadaannya. Aku harus menjaga pikiranku agar tetap berprasangka baik sembari mencari langkah-langkah solutif selanjutnya. Yang kedua, aku pun mencoba untuk berdiskusi dengan suami. Untung saja, beliau tetap tenang dan tidak ikutan panik. Tidak hanya itu, suami pun bertekad untuk lebih berusaha mengajarkan kak Sal berbicara, alhamdulillah.

Jawaban yang ketiga adalah mencari tahu apa saja treatment yang harus kuberikan kepada kak Sal. Lantas, aku pun bergegas membuka internet, mengetikkan keyword cara mengatasi speech delay pada kolom pencarian di Google dan YouTube.

Aku pun sontak terkejut ketika membaca sebuah portal berita bahwa fase berbicara pada anak merupakan salah satu fase penting yang dapat mempengaruhi kemampuannya bersekolah. Jadi, apabila anak mengalami keterlambatan dalam berbicara, maka kemampuan berpikirnya akan terhambat. Anak pun jadi lebih sulit berlatih membaca, menulis dan berkonsentrasi. OMG! Ngeri sekali.

Selanjutnya, setelah mendapatkan informasi dari internet, aku pun mulai menerapkan beberapa treatment kepada kak Sal. Mulai dari mengurangi screen time, memberinya sedotan untuk minum sehingga memperkuat otot-otot di mulut, membaca buku dan mengajarkan sebuah kata kemudian diulang terus menerus agar dia lebih fokus, hingga memberinya pujian ketika bermain sehingga kak Sal lebih antusias dan percaya diri.

Berbekal informasi dari internet juga,aku melakukan treatment pijat di sekitar area mulut dan pipi kak Sal secara rutin. Tujuannya tentu saja untuk mengaktivasi syaraf-syaraf yang digunakan dalam proses berbicara.

Tak cukup dengan pijat saja, aku pun tertarik untuk mencari tahu lebih detail mengenai vitamin Generos (Genius For Neuron) yang iklannya muncul di Instagram-ku. Kubaca dengan teliti bahan kandungan, manfaat, harga, izin BPOM hingga efek samping dan testimoni-testimoni pengguna Generos.

Awalnya aku kaget, karena harganya yang cukup mahal untuk botol sekecil itu. Tapi, ini semua demi kak Sal. Harga 2 botol Generos itu akan terasa murah apabila melihat kak Sal lancar berbicara suatu saat nanti. Jauh lebih murah juga bila dibandingkan dengan biaya dokter atau terapis anak. Apalagi, Generos hadir bukan hanya untuk mengatasi speech delay anak saja, melainkan sebagai nutrisi kecerdasan otak. Wah, lengkap ya Bun.

Aku pun semakin yakin dengan produk Generos setelah melihat berbagai testimoni dari ribuan orang yang telah membuktikan khasiat ampuh dari Generos. Mulai dari ibu rumah tangga, kalangan artis, pengusaha hingga psikolog anak (Kak Seto) pun mengakui keunggulan produk Generos. Jadi, produk ini pastinya bukan produk kaleng-kaleng deh!

Oke fix! Akhirnya, kumantapkan diri untuk membeli Generos secara online. Setelah datang, aku pun mengikuti petunjuk pemakaian dengan memberi kak Sal Generos secara rutin setiap harinya. Dan setelah satu bulan pemakaian, hasilnya pun mulai terlihat. Kak Sal akhirnya mengeluarkan kata pertamanya. Tebak apa yang dia katakan?

Padahal selama ini aku mengajarkan kak Sal untuk mengucapkan kata ibu, namun dia mungkin menyerap informasi dari temannya sehingga kata yang muncul pertama kali adalah kata mama. Wah, aku bahagia sekali pokoknya. Ini adalah sebuah progres yang harus disyukuri dan tentunya ditingkatkan lagi.

Seiring berjalannya waktu, kak Sal akhirnya bisa mengeluarkan banyak kata selain kata mama. Mulai dari kata ayah, mau, ayo, atok dan lain sebagainya, alhamdulillah.

Kini, kak Sal sudah berusia tiga tahun, dan ada beberapa artikulasi huruf yang belum sempurna pengucapannya. Misalnya kata yang berakhiran dengan huruf S namun pengucapannya menjadi berakhiran huruf N. Ada kipas, nanas, panas, tapi kak Sal masih mengucapkannya dengan kipan, nanan, panan. Masyallah geli sekali kalau mendengarnya tapi itulah PR-ku sekarang untuk memperbaiki artikulasi kak Sal. Nggak papa, tetap semangat belajar ya, Kak!

Di sisi lain, kosa kata yang ia kuasai sudah jauh lebih banyak dan ekspresinya pun sudah lebih bervariasi. Aku pun dibuat takjub ketika kak Sal mengatakan "Mama dimana?", "Ayah lagi kerja ya Mama?", "Kakak Salma laper" dan lain sebagainya. Sungguh pencapaian ini amat kusyukuri sekali, mengingat perjuangan yang harus ditempuh untuk membuat kak Sal lancar berbicara tidak mudah.

Tak hanya untuk Kak Sal, aku pun berencana untuk memberikan Generos pada adek Qia yang baru berumur satu tahun. Berbeda dengan kakaknya, sejak umur enam atau tujuh bulan, adek Qia sudah mengucapkan kata pertamanya yaitu mama. Sekarang kosa katanya pun berangsur semakin banyak. Qia bisa mengucapkan kata papa, kakak walau belum sempurna. Ekspresinya pun sudah lebih bervariasi. Dia bisa marah ketika tak diajak bermain ayahnya ke luar rumah, dia bisa bergoyang ketika kuajak bernyanyi dan lain sebagainya. Masyallah, setiap anak memang mempunyai prosesnya masing-masing ya, Bun.

Oh ya, kembali lagi ke Kak Sal, jadi untuk memperkaya kosa katanya, kami pun mengikutsertakan kak Sal pada pembuatan konten-konten channel YouTube keluarga kami yang bernama Araka Family.

Kami mengajaknya ke berbagai tempat untuk bermain sambil belajar dan melakukan banyak aktivitas. Misalnya membuat video bermain ke pantai Gunungkidul, Yogyakarta, seru-seruan bermain di taman kota, naik kereta LRT di Palembang, membuat masakan bersama-sama, naik pesawat terbang ke Jakarta, belajar berkebun, hingga berbagi ke panti asuhan di kota Bengkulu.

Belum lama ini pun, kami mengajak kal Sal bersih-bersih pantai Panjang, Bengkulu supaya dia belajar mencintai lingkungan sekaligus belajar bersosialisasi.

Selain menjadi artisnya, Kak Sal juga kami ajarkan untuk menjadi seorang pengisi suara (voice over) untuk kebutuhan konten video kami. Dan alhamdulillah, walau belum sempurna, kosa kata kak Sal berangsur bertambah. Bonusnya, kami pun dapat mengabadikan momen dan berkarya membuat video bersama.

Dari pengalaman ini, aku jadi belajar bahwa stimulasi itu bisa dibuat sekreatif mungkin. Dan tidak mesti dengan membuat video kok, Bunda bisa memberikan stimulasi si kecil dengan beragam aktivitas menarik lainnya.

Aku jadi teringat pesan salah satu pendakwah dalam sebuah kajian, bahwa menjadi orang tua jangan seperti carpenter (tukang kayu) tapi jadilah gardener (tukang kebun). Jadi tukang kayu itu pasti akan memotong, menggergaji, memaku sebuah kayu sehingga berubah menjadi seperti yang diinginkan.

Tapi kalau tukang kebun, ia tak memaksa sebuah bunga atau pohon untuk berkembang karena ia hanya mengobservasi, menyiramnya, memberikan pupuk dan menemani tumbuh kembangnya tanpa memaksa sama sekali.

Wah, betul juga ya Bun. Sudah seharusnya kita memfasilitasi dan memberikan anak-anak beragam stimulasi supaya anak-anak tumbuh dan berkembang sesuai fitrah atau minatnya.

Balik lagi ke kak Sal, dalam cerita ini aku mencoba mengajaknya untuk membuat video. Walau terkadang moody atau rewel, kak Sal terlihat menikmati prosesnya hingga ia pun merasa bahagia sekali ketika melihat videonya sendiri sudah jadi. Lalu, karena anaknya happy, maka tidak ada alasan bagiku untuk menghentikannya bertumbuh, belajar sekaligus bermain dengan terus berkarya membuat video.

Ajaibnya, setelah kuobservasi beberapa bulan, aktivitas ini pun membuat ingatan kak Sal semakin tajam. Misalnya, ketika aku bertanya, "Kemarin kita menyalurkan bantuan kemana ya kak?". "Ke panti asuhan Bengkulu," jawabnya. Atau "Ada apa aja kak di Palembang?". Lantas, kak Sal pun menjawab dengan jelas bahwa di Palembang ada jembatan Ampera, sungai Musi bahkan dia masih mengingat kata yang cukup panjang yakni Jakabaring Sport City, masyallah. Memang benar ya, memperkaya si kecil dengan beragam kegiatan itu penting sekali.

Oh ya Bun, aku jadi teringat sesuatu, bahwa sepertinya ada faktor lain mengapa kak Sal belum lancar berbicara pada waktu itu. Setelah merenung dan merefleksikan diri, akhirnya aku menemukan beberala jawabannya. Yang pertama adalah pola makan yang tidak teratur, yang kedua adalah kak Sal belum terpenuhi hak bergeraknya setiap hari dengan baik. Alias stimulasi pada sisi motorik kasarnya belum maksimal. Ditambah waktu itu ada pandemi COVID-19 dan juga aku sedang hamil anak kedua sehingga aku pun mager untuk mengajaknya jalan-jalan sekitar komplek rumah atau kalau bisa jalan-jalan pun tidak berlangsung lama. Hadeuh, maaf ya kak, mama beliin karpet mainan dulu ya buat mainan lompat-lompat di rumah hihihi.

Jadi, stimulasi motorik kasar, motorik halus maupun kognitifnya emang penting ya, Bun.Apalagi anak itu ibarat celengan. Maka ketika kita rajin menabung dengan memberinya stimulasi, isinya pun akan menjadi banyak. Namun, ketika kita membiarkannya begitu saja alias tidak rajin menabung, maka isi celengan pun akan sedikit sehingga anak tidak memiliki sesuatu untuk dikeluarkan. Lantas, kita pun jadi khawatir kenapa anakku belum bisa ini, itu padahal masalahnya ada pada stimulasinya yang kurang.

Padahal di usia dini, otak anak menyerap lebih cepat sehingga waktu yang tepat untuk memberinya stimulasi ya sekarang juga. Bukan menunda atau membenarkan bahwa anak akan bisa melakukan ini itu nanti kalau waktunya sudah datang. Big No untuk yang ini ya Bun.

Jadi, what i want to say is, yuk lebih mindful dan rajin lagi memberikan stimulasi kepada anak. Kita isi "celengan" secara rutin dan konsisten meski dengan "uang" yang berbeda-beda nominalnya. Uang ini tentu diibaratkan berbagai variasi kegiatan yang dapat dilakukan bersama si kecil. Bisa bernyanyi, membaca buku, belajar mencoret-coret, menyusun puzzle, olahraga ringan, ke taman bermain, belajar berkebun dan lain sebagainya.

Terkhusus untuk Bunda yang sedang berjuang mengatasi anaknya yang kesulitan berbicara, teruslah berprasangka baik. Percayalah, setiap usaha yang kita lakukan, tidak akan berakhir sia-sia. Berusahalah untuk berdamai dengan keadaan, berusahalah untuk tetap sehat fisik dan mental sembari fokus untuk menemukan solusi sehingga nantinya kita dapat mendampingi tumbuh kembang anak dengan optimal.

Bayangkan ketika suatu saat nanti ia dapat mengucapkan kalimat aku sayang ibu, aku sayang bunda atau aku sayang mama. Ah, manis banget ya Bun. Maka dari itu, teruslah berjuang dan bersabar. Anak kita tahu bahwa ia sayang kita, hanya saja ia masih membutuhkan waktu untuk belajar mengucapkannya.

Ikhtiar lain untuk mendukung tumbuh kembang anak atau mengatasi speech delay secara khusus adalah dengan memberikan vitamin anak. Dan seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya, aku sangat merekomendasikan Generos kepada bunda-bunda semua yang sedang mencari solusi untuk mengatasi speech delay anak maupun membuat anak lebih fokus dalam belajar.

Generos hadir sebagai produk herbal vitamin anak yang dapat mengatasi gangguan speech delay atau terlambat bicara, anak autis dan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder).

Dan setidaknya ada 6 alasan mengapa Generos itu sangat baik digunakan pada anak.

1. Nutrisi Otak Terbaik

Generos merupakan vitamin yang diformulasikan secara khusus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak yang terlambat bicara sekaligus meningkatkan perkembangan otak anak.

2. Terdaftar Di BPOM dan MUI

Generos sudah mengantongi izin dari BPOM RI dan sertifikat halal dari MUI. Nomor Registrasi Generos Di BPOM: 193633201. Nomor Register Generos di LPPOM MUI: 12120002440519.

3. Mengandung Bahan Pilihan

Untuk menjaga kualitas dan manfaatnya, komposisi Generos diambil dari berbagai bahan alami seperti daun pegagan, buah mengkudu, ikan sidat, temulawak dan madu hutan yang dipilih melalui serangkaian proses seleksi yang sangat ketat.

4. Teknologi Farmasi Modern

Generos diproses selama 41 hari melalui 4 tahap Quantum yaitu seleksi, estraksi, maserasi dan kombinasi dengan menggunakan teknologi farmasi modern yang sudah teruji secara klinis.

5. Pemakaian Yang Mudah

Pemakaian Generos yang cukup mudah karena hanya perlu meneteskan 5 sampai 10 tetes pada makanan dan minuman kesukaan anak dan rasanya tidak akan mempengaruhi rasa makanan dan minuman anak.

6. Kemasan Premium

Generos dikemas dengan kemasan standar internasional berkualitas premium yang terdiri dari 3 lapis kemasan dan kunci magnet untuk memastikan kemasan lebih safety dan higienis.

7. Tersedia di Berbagai Market Place

Nggak ada alasan repot untuk membeli Generos karena produk ini dijual diberbagai market place. Seller resminya pun tersebar di berbagai daerah sehingga Bunda tidak perlu khawatir lagi untuk mencari produk ini.

Selain fokus pada produksi vitamin anak dan penjualannya, Generos juga concern untuk memberikan edukasi kepada masyarakat Indonesia dengan menghadirkan acara Podcast Hallo Bunda di channel YouTube Official Generos. Dalam acara tersebut, Generos mengundang berbagai narasumber yang ahli di bidangnya dan mengangkat berbagai tema informatif dan inspiratif yang tentunya dapat menambah ilmu khususnya pagi para bunda.

Wah, keren ya Bun. Jadi, selain maraton nonton Drakor, DisneyPlus atau Netflix-an, Bunda bisa menghabiskan me-time untuk belajar lagi. Tetap chill & enjoy ya Bun hihihi.

Overall, satu pengingat untuk diriku sendiri dan semua ibu di luar sana, bahwa anak-anak kita adalah generasi penerus bangsa Indonesia dan ibu adalah sosok pertama yang menanamkan nilai-nilai agama, budaya, moral, kemanusiaan, pengetahuan, ketrampilan, moral dan budi pekerti.

Maka dari itu mari terus memberdayakan diri dengan terus belajar agar dapat memfasilitasi anak dengan beragam aktivitas hingga memberikannya asupan terbaik seperti Generos. Jangan lupa pula berdoa dan bertawakal agar ikhtiar yang dilakukan semakin sempurna. Semua itu dilakukan demi tumbuh kembang anak yang optimal sehingga anak-anak pun dapat tumbuh menjadi generasi-generasi terbaik bangsa Indonesia di masa depan.

Salam hangat dari seorang ibu rumah tangga di Bumi Raflesia, Ratih Kartika.
Artikel ini diikutsertakan pada kompetisi menulis yang diselenggarakan oleh Generos.id

Posting Komentar

Dimohon untuk berkomentar dengan bijak!

 
Top