9
Hijrah, Taaruf Dan Pernikahan (Proses 7 hari, Bertemu Ketika Lamaran, Menikah 1 Bulan Kemudian)

Assalamualaikum wr.wb. Cerita ini kami tuliskan sebagai rasa syukur kami kepada Allah atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya wabil khusus untuk segala skenario indah, manis dan berkesan yang terangkai atas izinNya sehingga kami diizinkan, dipertemukan dan disatukan dalam ikatan suci nan agung sebuah pernikahan. Alhamdulillah Alhamdulillah Alhamdulillah, Maha Besar Allah atas segala kuasaNya, kami sekarang sah sebagai sepasang suami istri sejak Sabtu, 28 April 2018. Harapannya tidak hanya berjodoh di dunia namun berjodoh hingga nanti, hingga kaki kaki ini menorehkan pijakan pertamanya di jannahNya kelak, InsyaAllah Aamiin Ya Robbal Alamin :)

Kami memang ingin menuliskan cerita kami di website ini sebagai salah satu tempat bercerita dan mengenang semua memori pernikahan suatu saat nanti entah satu, dua tahun, lima tahun, hingga berpuluh tahun nanti. Minimal sekali cerita ini bermanfaat bagi kami berdua, atau keluarga kami, anak atau cucu kami suatu saat nanti. Minimal itu :)

Tapi harapan kami tidak sekecil itu, kami juga mempunyai harapan yang lebih besar lagi. Semoga dengan cerita kami ini dapat memberikan manfaat, hikmah dan inspirasi sebanyak banyaknya, seluas luasnya, sebesar besarnya bagi teman teman pembaca yang baik hati dimana pun berada. Sehingga dapat menambah dan terus menambah kebaikan lainnya. Mengubah pola pikir seseorang disana, yang tadinya pacaran kemudian berpikir ulang untuk memutuskan pasangannya, halalkan atau ikhlaskan haha. yang tadinya galau merana menunggu jodoh menjadi kembali berkhusnudzon dan bersemangat memperbaiki diri, menjemput separuh agamanya dan menjadikan siapapun teman teman pembaca baik hati disana memetik nilai nilai positif dari postingan ini Aamiin. Faktor lain mengapa kami menulis postingan ini karena banyak teman, saudara dan lainnya menanyakan proses taaruf kami hingga menikah akhirnya. Capek juga dipikir kalau harus mengetik setiap chat dan membalas pesan satu persatu >.<. Mending posting, share terus mereka baca. Selesai dah! Hahaha

Baiklah langsung saja, tanpa berlama lama. Mari kita mulai dengan membaca taawudz bersama sama agar lebih berkah, bismillahirohmanirohim. Tentang Taaruf Islam telah mengatur segala apa yang ada di dalam kehidupan manusia dengan sangat baik. Termasuk salah satunya memberikan jalan taaruf bagi mereka mereka yang siap menikah. Islam tidak mengenal dan tidak membolehkan #Pacaran. Karena pacaran sama saja bermaksiat kepadaNya. Tidak ada juga jaminan bahwa yang sudah berhubungan bertahun tahun akan menikah. Itu pacaran apa kredit motor kok sampe bertahun tahun wkwkwk. Pun tidak ada yang mengelak pula taaruf dalam hitungan hari, minggu atau bulan bisa akhirnya menikah. Jalan jodoh memang misteri ya. Hanya Allah yang paham dan tahu jalan ceritanya. Terus berkhusnudzon saja bagi yang belum menemukan, dan bagi yang sudah bersyukurlah atas hadirnya pelengkap agamamu sekarang. Udah gak usah kaya ustadz, ustadzah. Sharingnya kapan ini, udah ditungguin lo? >.<

Iya iya. Maap maap deh. Hahaha. Baiklah, kita mulai lagi ya. Ini cerita versi Akbar dulu, Cukup bingung saat disuruh istri cerita kembali perjalanan saya pribadi sampai bertemu hingga sekarang kami sudah menjadi suami istri. Bismillah saya coba. Flashback lagi kembali tepat setahun yang lalu. Saya memulai untuk berani ikut kajian. Sebenarnya memang sering saya jumpai info-info kajian tapi masya allah berat untuk hadir barang sepuluh atau 20 menit, entah kenapa. Momen bulan ramadhan mungkin saat itu jadi momen yang pas untuk saya berani ikut kajian. Tepat di tanggal 27 mei 2017 saya tulis rangkuman kajian yang pertama sekali di smartphone saya. Masih ingat kajian pertama dilaksanakan di masjid mardliyah ugm di sore menjelang berbuka yaitu tentang tema hajrul al quran atau perkara-perkara seorang muslim yang mengabaikan Al quran. Hasilnya, aduhh beratlah isi kajiannya ini tapi entah kenapa ada wawasan baru bagi saya seorang muslim tentang hidup yang mestinya memang disesuaikan dengan apa yang dituntunkan oleh Al Qur’an. Dari situlah terasa sedikit ketertarikan untuk mau ikut kajian kembali. Singkat cerita, bulan ramdhan tahun lalu adalah momentum saya secara pribadi untuk ingin mengenal lebih jauh ilmu-ilmu agama islam melalui kajian-kajian. Dan hampir setiap menjelang buka Alhamdulillah ada rutinitas baru yaitu safari ke mesjid-mesjid untuk ikut kajian. Subhanallah, mungkin hidayah Allah SWT di saat itu mulai terasa, berpengaruh terhadap ketenangan saya pribadi, karir, studi, dan urusan duniawi lain terasa ringan untuk dihadapi. Insya Allah.
Fokus cerita saya coba kembalikan ke tujuan utama tulisan ini yaitu tentang asal muasal pernikahan kami berdua. Sejak kapan saya mulai berani dan tertarik dengan sebuah kata pernikahan itu terjadi dari hasil akumulasi semua hal yang saya dengarkan, pelajari, pahami, dan renungi sejak mengikut kajian. Ya jika dihitung mungkin sekitar 6 bulan saya “nyantri” ilmu agama (FYI, saya bukan lulusan pondok pesantren tertentu dan belajar al quran pun secara otodidak, dan ga punya guru agama untuk berkeluh kesah kecuali sama orangtua ). Beruntung sekali sebenarnya tinggal di jogja dengan bermacam-macam tema kajian di berbagai masjid berbeda bahkan semua tema tentang kehidupan duniawi dan akhirat lengkap semua dibahas. Mungkin dalam momen sekarang saya juga sekaligus sedih, kenapa tidak memanfaatkan peluang ini sejak dulu sekali karena saya mulai studi S1 di Jogja sejak 2009. Namun apa boleh dikata saya cuma bisa bersyukur dengan Allah SWT karena kesempatan ini dan mungkin jika saya dekat dengan kajian lebih cepat, saya tidak berkesempatan bertemu sosok istri yang luar biasa seperti seorang Ratih Kartika. 

Apa yang menarik bagi saya pribadi tentang nikah adalah utamanya adalah janji Allah SWT. Tidak ada satupun janji yang membuat kecewa selain dari sang Pencipta bukan?. Untuk mengucapkan dan mengerti maksudnya mungkin mudah, tapi tidak dengan mengamalkan dalam kehidupan kita pribadi. Sampai di level kita percaya dengan “Janji Allah SWT” adalah perjalanan yang cukup panjang bagi saya pribadi terutama tentang keutamaan pernikahan. Walaupun janji itu sudah tertulis berabad-abad yang lalu di kitab suci kita, Al-Quran tapi jika perkara iman/percaya masih harus dan terus diuji bagi diri masing-masing terutama bagi dari saya pribadi. Apa yang membuat saya bulat untuk maju dan berpikir ke jenjang pernikahan saat itu adalah terkabulnya doa-doa saya begitu cepat dan tidak disangka-sangka arahnya. Saya tidak perlu sebutkan secara detil tapi doa tersebut cukup membuat saya tertampar bahwa janji Allah SWT itu memang pasti dengan syarat untuk hambanya yang percaya, ikhitiar dan hanya bersandar pada-Nya untuk setiap pengharapan dan persoalan bukan pada manusia lain yang juga adalah mahluk ciptaan-Nya. Pernahkah kita bertanya bahwa menggenggam kesuksesan di masa depan itu kuncinya adalah ada pada mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang diwahyukan oleh Allah SWT. Jawaban saya, dengan mantap saya katakan IYA. Termasuk perkara dalam pernikahan. Saya tidak pernah tahu dimana dan kapan saya akan bertemu jodoh? Namun yang saya tahu adalah keberkahan yang dijanjikan Allah SWT di dalam pernikahan adalah benang merah kesuksesan saya kelak di masa yang akan datang untuk menuju mimpi-mimpi besar selanjutnya. Utamanya adalah untuk menjadi pasangan sehidup sesurga. Amin ya rabbal alamin.

Sekarang saya akan langsung ke intinya. Bagaimana saya memulai pencarian jodoh dengan visi misi pernikahan yang sama. Biasanya bagian ini yang paling ditunggu-tunggu ya. Bismillah akan coba saya ceritakan dengan apa adanya . Awal tahun 2018 di bulan januari merupakan momen yang tepat saat itu. Allah SWT menitipkan rezeki yang cukup pada hambanya ini melalui pintu-pintu yang tidak terduga. Ya, pertimbangan pertama saya utama untuk serius menuju menikah jujur saja adalah tentang materi. Hal ini karena ada pertimbangan dari sisi orangtua disitu dalam setiap langkah yang saya ambil selama ini. Tentu saya tidak ingin membuat orangtua khawatir tentang masalah nafkah dan hal-hal duniawi lainnya saat saya menikah. Saya ingat menelpon orangtua untuk menyampaikan niat menikah walaupun belum tahu siapa dan bagaimana calon saya. Yang saya ingat waktu itu, saya hanya bilang ke orangtua akan menikah sebelum bulan puasa tahun 2018 ini, super pede memang tapi orangtua mengiyakan saja tapi dengan nada yang enteng karena belum ada bukti actionnya dari dulu, haha. Sebelum lebih jauh, saya mau cerita dulu sedikit. Orang tua sebenarnya sudah tahu niat saya kira-kira tahun 2015 memilih prinsip untuk tidak pacaran dan menjalani proses taaruf untuk mendapat jodoh. Namun dalam rentang beberapa tahun saya mengucapkan itu, jujur saya sebenarnya belum ada niat untuk menikah karena fokus untuk studi, karir, dan memantaskan diri untuk menjalani pencarian pasangan lewat cara taaruf.

Proses pertama pencarian jodoh saya dengan jalur taaruf saya mulai dengan mengutarakan niat pada teman-teman terdekat, teman kerja, dan orangtua tentunya. Sambil mengencangkan doa dan memantaskan diri terutama dari sisi ahlak agama. Karena begini, saya sudah membuktikan memang jodoh itu cerminan diri. Kalau kamu pribadi yang menjaga solat, maka jodohmu insya allah juga yang akan menjaga solat. Begitu seterusnya. Makanya pesan saya pribadi. Jadilah muslim/musliman papan atas dalam urusan ibadah, sedekah, bermanfaat bagi sesama untuk mendapat pasangan seperti itu juga. Hhi . Lanjut lagi, dari ikhitiar doa dan action saya untuk mendapatkan jodoh akhirnya dalam waktu mungkin 3 minggu, ada jalan yang diberikan Allah SWT dari salah satu teman kerja saya yang baru saya kenal belum 1 bulan. Namanya adalah Janu. Saya langsung tertarik dengan apa yang beliau sampaikan untuk membantu sebagai penghubung saya dengan temannnya yang insya allah siap untuk taaruf juga. Karena teman saya janu dan istrinya juga menikah dengan proses taaruf sehingga saya merasa perantara saya ini bisa saya percaya dan saya juga sudah punya mindset bahwa memang ini Allah SWT yang sudah atur jalan jodoh saya melalui beliau.

Singkat cerita, saya tidak henti untuk BERSYUKUR. Bahkan untuk bisa mendapatkan jodoh melalui proses taaruf saja saya sudah sangat lega dan saya merasa perjuangan untuk di tahap ini sangat panjang. Jujur saya hidup di keluarga islam yang moderat dimana nikah tanpa pacaran masih cukup tabu/jarang, lingkungan pertemanan juga diawal-awal saya kuliah di jogja belum memperkenalkan kan saya pada islam yang sesungguhnya. Islam hanya ada sebagai rutinitas saya saja, bukan yang utama. Yang saya kenal adalah jogja tempatnya untuk kuliah dan senang-senang yang poin utamanya tentu adalah pemenuhan batin duniawi, urusan akhirat nomor sekian. Kembali ke cerita, kenapa saya sebut perjalanan panjang mencapai proses taaruf yaitu utamanya memantapkan iman kepada Allah SWT. Saya tidak bisa pikir kalau saya pakai hitungan logika dan dunia, kapan saya bisa mantap nikah? Urusannya akan ke materi yang tidak pernah cukup. Padahal sifat cukup/qanaah itu datangnya dari ridho Allah SWT, kalau kita saja tidak mendekat ke Allah SWT atas segala sesuatu, bagaimana bisa cukup, apalagi merasa bekalnya cukup untuk menikah? Gak akan pernah ada, jawabannya. Makanya pesan saya yang belum menikah, cari ukuran kecukupanmu itu dengan terus mendekatkan diri ke Allah SWT. Insya Allah rasa cukup itu akan datang dan mikir buat nikah itu jadi jauuuh lebih gampang. Hhe.

Lanjut lagi ya ke benang merahnya. Jadi setelah pertemuan saya dengan agen jodoh saya yang bernama Janu  saya disuruh untuk mempersiapkan proposal diri saya. Dari situ saya mulai kelabakan plus tegang panas dingin. Serasa mengerjakan ujian dari mata kuliah yang paling sulit. Untungnya Janu kasih gambaran apa-apa yang perlu dicantumkan pada proposal plus ditambah informasi mbah gugel tentang proposal taaruf saya memberanikan diri untuk membuat, menyelesaikan, dan mengirim proposal saya ke Janu sehari setelahnya untuk diteruskan ke pasangan taaruf saya. Tepatnya tanggal 3 Februari 2018 tahap pertama ini dimulai. Sejak hari itu juga saya menerima proposal dari pasangan taaruf saya. Namanya adalah Ratih Kartika. Singkat cerita, selama dua hari konsentrasi saya terbelah hebat antara berfikir urusan kerjaan dan jodoh. Tapi tetap menikmati prosesnya Alhamdulillah. Tanggal 5 Februari pesan wa masuk dari Janu, kira-kira begini “Sudah ada jawabankah, Lanjut atau tidak?” Saya dalam hati sedikit terkejut karena ternyata mengambil keputusannya relatif cepat walaupun jawabannya tentu sudah ada karena ada kecocokan antara visi misi saya dan ratih. Saya jawab iya, 30 menit kemudian. Sekarang saya sudah akan melangkah tahap kedua yaitu bertanya kepada ratih tentang visi misi pernikahan, rencana kedapan, dll yang berhubungan dengan pernikahan dan target hidup. Alhamdulillah ini jadi media yang tepat untuk saya konfirmasi dengan komitmen yang dia tulis dalam proposalnya begitu juga sebaliknya Ratih kepada saya. Singkatnya Tanya jawab berlangsung selama 3 hari sampai tanggal 8 februari 2018 (proses yang sangat cepat menurut saya ). Kemudian ini tahap selanjutnya yaitu keputusan saya apakah bersedia maju ke tahap yang lebih serius. Saya minta 2-3 hari untuk pikir-pikir dan diskusi ke orangtua.
Saya di hari itu juga, langsung menelepon orangtua dan disitu saya sudah berfikir bulat. Alhamdulillah Allah kasih keberanian dan ketenangan untuk mantap bilang ke orangtua untuk melamar/khitbah saudari Ratih Kartika. Respon pertama orangtua tentu terkejut sangat. Haha. Saya sebelumnya juga sudah cerita ke orangtua sedang mempelajari proposal pasangan saya di tanggal 3 februari dan di tanggal 8 Februari saya sudah bilang mantap untuk serius melamar. Kalau dihitung mungkin butuh waktu seminggu saya melewati proses taaruf. Alhamdulillah, kuasa dari Allah SWT. Prosesnya cepat dan lancar. Intinya orangtua mendukung dan menanyakan kesanggupan saya secara materi dan rohaniah, Insya Allah lagi-lagi saya mantap bilang, YA SAYA SANGGUP.

Satu resep dari saya pribadi untuk mendapat restu orangtua adalah kemantapan dan jangan ragu-ragu dengan pilihan kita, dan jadikan Allah SWT jadi tempat bersandar, jika memang doa itu yang dikabulkan Allah SWT untuk kita, maka perjuangkan dan proses keberhasilan terkabulnya doa dari Allah SWT itu dengan usaha dan ikhtiar. Oh iya satu lagi, sebelum itu jangan lupa untuk solat istikharah untuk memantapkan pilihan supaya kita meluruskan niat bahwa menikah untuk lebih menjaga dan meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT. Karena sebaik baik pasangan adalah yang baiks agamanya selain dari rupa/wajah, kedudukan, dan harta. Dalam prsoses itu saya melewatkan proses nadzor atau bertemu langsung dengan calon saya, entah kenapa mungkin karena saya sudah mantap dengan calon saya ini. Saya memutuskan untuk bertemu langsung saja nanti saat khitbah/melamar. Untungnya calon saya juga setuju untuk tidak bertemu langsung saat proses taaruf, ya sama-sama mantap Alhamdulillah sekali. Sisa ceritanya akan dilanjut sama istri saya Ratih Kartika karena mungkin ceritanya kurang lebih sama. Dari proses khitbah/lamaran menuju akad dan resepsi. Semoga apa yang tulis bermanfaat dan Insya Allah niatnya hanya untuk berbagi dan memberi motivasi kepada teman-teman yang masih ragu untuk menikah. Kami memang baru menuju fase awal pernikahan tapi insya allah keberkahan yang menjadi tujuan utama bersama dalam suka duka, sehidup sesurga, Amin ya rabbal alamin.

Berbeda dengan Akbar, Ratih punya cerita dan pengalamannya sendiri. Sebelumnya Ratih pernah lah suka suka fans gitu pada seseorang lalu bertanya dalam hati apa dia jodohku ya Allah dan eng ing eng nyatanya bukan jodohnya, dia menikah dengan yang akhwat yang lain. Setelah itu, Ratih pun bertaaruf dengan salah seorang ikhwan nun jauh disana 3 bulan lamanya lewat salah satu rumah taaruf di Jogjakarta. Sebenernya bisa lebih cepat namun karena ikhwan tersebut dari luar Jogja makanya jadwal nadzor atau ketemuan (pastinya ada perantara) pun harus menyesuaikan beliau. Awal bertaaruf Ratih ragu lalu kemudian berpositif thinking. Ia mulai membuka pintu pintu toleransi untuk beberapa poin yang awalnya ia sangat idealis namun akhirnya melunak dan melunak. Hingga akhirnya waktu sudah dapat ditolerir, keputusan harus diambil. Ratih yang waktu itu oke oke saja dan bismillah ya Allah mudahkan kalau memang beliau adalah jodohnya. Namun gak ada angin, gak ada hujan, sekitar 3 hari sebelum hari pengambilan keputusan. Somebody text her! Apa kira kira isinya? Isinya kurang lebih seperti ini. Ratih, sudah nikah? Mau taaruf dengan temanku engga? Aaaaaaaaaak jerit dalam hatinya. Itu kode atau godaan Ya Allah. Lalu dia pun membalas, tunggu 3 hari lagi ya. Aku lagi taaruf dengan seseorang. 3 hari lagi aku kabarin.

Waktu itu Ratih masih oke oke saja udah bismillah dengan yang pertama namun ternyata jawaban si ikhwan di luar dugaan. Jadi ikhwannya yang malah PHP tidak mau memutuskan iya atau engga dengan alasan ia belum mantep dengan dirinya dan masih ada sesuatu yang masih ia cari. Padahal pembicaraan sudah ke area pernikahan. Ternyata ia juga masih ingin lebih mengenal Ratih lebih lama lagi. Dengan alasan seperti itu, ya sudah. Ratih pun mencukupkan dah stop sampai disini prosesnya. Ia bersyukur dan berterimakasih serta mendoakan semoga masing masing dari mereka mendapat jodoh terbaik .

Nah, memasuki episode selanjutnya. Ratih pun move on dan antusias untuk bertaaruf dengan ikhwan kedua ini. Tawaran taaruf kedua ini datang dari teman Ratih ketika S1 dulu yaitu Janu. Sama sama aktif organisasi dan InsyaAllah paham karakter masing masing. Bahkan sudah 2 tahunan Ratih dan Janu tidak pernah bertemu. MasyaAllah sekali bukan skenarioNya? Lewat perantara Janu dan istrinya (Mbak Ana) Ratih dan Akbar memulai proses taaruf. Jadi pola komunikasinya adalah Ratih ke mbak Ana, mbak Ana ke Janu, Janu ke Akbar begitu sebaliknya. Tanggal 2 Februari 2018 Ratih mengirimkan CV via email ke Akbar tentunya melewati Mbak Ana dan Janu. Hingga kemudian 2 hari setelahnya, Akbar mengirimkan CV ke Ratih. Dari cerita Ratih ketika ia membaca CV Akbar, ia merasakan kok sreg ya, kok klik ya. Ia merasakan seperti ada kemantapan hati. Setelah CV sudah ditangan masing masing, hal lain lain pun ditanyakan melalui whatsapp itu pun hanya 3 atau 4 empat pertanyaan seputar rencana pernikahan dan gambaran keluarga di masa depan. Sembari terus berdoa dan solat istikhoroh, Ratih menyerahkan semuanya kepada Allah. Hingga akhirnya selang beberapa hari tiada whatsapp pertanyaan lagi, hari Jumat yang mulia itu, mbak Ana mengabarkan bahwa Akbar sedang berdiskusi dengan orangtua. Tunggu 3 hari lagi ya. Ratih pun kaget sekaligus bersyukur ternyata Akbar sedang berdiskusi dengan orangtuanya. MasyaAllah ternyata yaaa. Beliau sudah sampai level itu. Ciyee yang deg degan hahaha.

Kemudian 3 hari berselang, ternyata tidak ada kabar sama sekali. Ratih terus berpositif thinking, mungkin beliau sibuk, mungkin esok harinya Akbar akan memberikan kabar aaah begitu pikirnya. Hingga hari ke empat, sampai sore pun tidak ada tanda tanda whatsapp masuk dari Mbak Ana. Sabar, sabar mungkin beritanya akan sampai bada isya. Dan dugaan salah, tepat bada mahrib. Setelah solat mahrib, Ratih masih di atas sajadah solat. Lalu HP pun berbunyi menandakan pesan whatsapp masuk. Ia membukanya dengan antusias. Bismillah, benar saja pesan dari Mbak ana yang didalamnya ada pesan “ Ratih, kalau uda siap bilang ya” Duh deg degannyaa minta ampun.

Alhasil, setelah menyatakan siap Mbak Ana pun memberikan pesan forwardan dari Akbar yang intinya beliau sudah mantap dan ingin melamar/khitbah Ratih di awal bulan Maret. Aaaaaak MasyaAllah Alhamdulillah, rasa syukur menyeruak di dalam dada Ratih. MasyaAllah ia masih gak percaya akan proses kilat ini yang Allah atur sedemikian rupa hingga akhirnya di taaruf kedua inilah doa doa Ratih satu persatu dikabulkan olehNya. Ya Allah, sungguh memang skenarioMu selalu terbaik dan terindah. Ratih pun lalu mengabarkan Bapak tentang proses ini. Bapak Ratih tidak pernah rewel akan pilihan Ratih. Beliau 100 persen percaya pada apa yang menjadi pilihan Ratih. Beliau tidak cerewet ataupun detail menanyakan tentang suku, pekerjaan, keluarga ataupun hal hal lainnya dari Akbar. Asal Ratih yakin, Bapak juga yakin. Begitu kurang lebih. Bapak pun tidak mempermasalahkan bahwa Ratih dan Akbar sama sekali belum pernah bertemu sebelumnya bahkan sampai berani memutuskan untuk khitbah mereka bisa dibilang nekat untuk tidak bertemu.

Bisa dibilang ini ekstrem, tapi qodarullah Allah mantap dan ringankan begitu saja. Waktu terus berjalan, hingga akhirnya keputusan khitbah jatuh pada hari Sabtu, 10 Maret 2018 sekitar pukul 09.00 rombongan Akbar yang jauh jauh dari Palembang tiba di kediaman Ratih di Cipari, Cilacap. Hari itu keluarga Akbar datang membawa Bapak, Umi, Kakak pertama (Ayuk Kiki), Kakak Ipar (Mas Alvin) dan adek pertamanya (Ayi). Mereka datang dalam balutan pakaian bernuansa putih yang menambah khitmad acara khitbah. Tak lupa membawa berbagai macam buah tangan yang ramai dan cantik tanda hormat dan perkenalan keluarga Palembang ke keluarga Cilacap. Mereka disambut hangat oleh Ratih dan keluarga besarnya. Ada sekitar 30 orang yang hadir dalam acara tersebut. Dominasi dari keluarga besar Bapak dan Ibu nya Ratih. Ada bude, pakde, Mbah, Pak lik, Bu Lik bahkan Ratih pun mengundang teman teman SD nya yang sampai sekarang bersahabat baik sama seperti saudara sendiri untuk hadir dan menemani Ratih dalam proses lamaran. Daaaaaaaaaaan satu hal lagi yang mungkin harus dibahas disini. Apakah itu????



Akhirnya Ratih dan Akbar bertemu untuk pertamaaaaaaaaaaaaaaaa kalinya. Masih tertanam benar detik detik kami bertemu untuk pertama kalinya. Ia datang di barisan terakhir diantara keluarganya. Rasa deg degan bercampur malu malu kucing dan bahagia jadi satu. Aaaaaaaaaak Alhamdulillah. *Ya Allah, ngetiknya sambil senyum pake baper segala ini hahaha. Oke mari kita lanjutkan. Setelah lamaran berlangsung, penentuan tanggal pun dilakukan. Setelah berdiskusi beberapa menit diputuskan acara pernikahan akan dilaksanakan di kediaman Ratih pada Sabtu, 28 April 2018.



Pasca lamaran Ratih dan Akbar pun bergerak cepat karena kurang lebih ada waktu 1 bulan untuk menyiapkan kebutuhan pernikahan. Mereka membuat grup wahtsapp yang isinya mereka berdua dan Ayuk Kiki. Grup whatsapp itu dibuat untuk media komunikasi selama persiapan pernikahan. Alhamdulillah dalam setiap prosesnya, semua persiapan terasa begitu ringan dimudahkan dan selalu ada jalan atau kejutan tak terduga di dalamnya. Mulai dari ngurus KUA, seserahan, baju, mahar dan lain sebagainya sampai dapat rumah kontrakan idaman pun hanya berselang beberapa hari setelah lamaran. Untung sama sama gercep jadi cepat selesai juga hihihi.

Waktu terus berjalan, tak terasa hari, minggu terlewati sampai akhirnya hari besar yang dinanti nanti pun tiba. Ya, 28 April 2018 akhirnya kami menikah. Dengan disaksikan keluarga besar dari kedua belah pihak, Akbar pun mengucap ijab qobul tanda menikahi seorang Ratih Kartika. Setelah penantian dan berbagai usaha yang dilakukan, uraian proses lika liku yang dilewati akhirnya Allah satukan kami dalam ikatan suci pernikahan. Alhamdulillah.











Ratih pun tak bisa menahan haru. Ia menangis, apalagi teringat mama yang sudah tiada. Ia pun membayangkan sang mama berada di sisinya, mengenalkan lelaki pilihannya pada mama yang sudah melahirkan dan membesarkan Ratih. Mengenalkan lelaki terbaik yang menjadi imam dan suami bagi anak perempuan kesayangan almarhumah. Aaaaah mama pasti bahagia melihat anaknya menikah.





Sampai cerita ini dituliskan, hanya berselang 1 bulan setelah menikah. Kami pun terus bersyukur atas semua yang sudah Allah atur. Apalagi rasa syukur Allah sudah memberikan pasangan hidup yang kini sudah halal dan siap menjadi partner dunia akhirat InsyaAllah. Ada juga 1 cerita lucu. Jadi pada tahun 2017, Ratih sudah membuat nama untuk anaknya kelak walau di tahun itu tanda tanda jodoh belum ada hha. Nama anak yang ia rancang adalah Azzam Abdurrahman Akbar. Azzam artinya tekad yang kuat. Abdurrahman adalah salah satu nama yang disukai Allah dan Akbar artinya besar. Entah gimana rasanya suka aja dengan nama itu. Nanti panggilannya bisa Azzam atau Akbar. dan qodarullah ternyata yang menjadi jodoh Ratih bernama Akbar Abdurrahman Mahfudz. Aaaaak, dua bagian nama yang sama yang tidak terkira sama sekali. So sweet banget Allah tuh T.T

Baru 1 bulan menikah, kami pun memasuki kehidupan awal rumah tangga. Ratih dan Akbar belajar menjalani kewajibannya sebagai sepasang suami dan istri. Kami pun gunakan waktu untuk lebih mengenal pribadi masing masing setiap harinya. Ooo gini to ternyata istriku, ooo gini to ternyata suamiku hahaha. Kejutan kejutan dari pribadi masing masing yang tersembunyi mulai terlihat. Ada yang lucu, baik, mempesona tapi ada juga yang bikin ilfeel sebel iyuuh ngekek campur aduk lah pokoknya hahaha. Belajar mencoba saling melengkapi, menutupi kekurangan masing masing. Gak ada rumah tangga yang sempurna kan? Ratih yang cerewet dan ngeyelnya bukan main dipasangkan dengan Akbar yang sabar dan penyayang. Akbar yang kadang gak peka dan pelupa dipasangkan dengan Ratih yang peka dan selalu mengingatkan. Dan masih banyak yang lainnya.

Kami juga sudah berdiskusi untuk rumah tangga kami ke depan khususnya impian-impian jangka panjang kami. Alhamdulillah, semakin bersyukur menemukan pasangan yang satu visi misi. Kami pun menuliskan impian rumah tangga kami dalam gambar berikut ini :



Sampai cerita ini dituliskan pun, kami pun ingin kami berharap apa yang kami bagikan dapat memberikan manfaat bagi kami sendiri, anak, cucu kami kelak, keluarga, maupun teman teman pembaca semua. Pun kami ingin mengajak kepada semuanya wabil khusus yang masih dalam penantian jodoh untuk terus belajar. Belajar bersyukur, belajar memantaskan diri, belajar memandang segala sesuatunya sudah di atur Allah dengan baik. Percaya saja, tidak ada skenario terbaik selain skenarioNya Allah. Tidak ada waktu, tempat, orang yang salah untuk Allah pilihkan untuk hidup kita. terus positif thinking, bersabar, bersyukur dan berbahagialah dalam penantian. Kerjakan apa yang bisa kita kerjakan. Doa, ikhtiar maksimal lalu tawakal. Semoga Allah berikan kita jodoh yang sholeh, sholehah. Keturunan yang sholeh, sholehah, rumah tangga yang sakinah, mawadah, warahmah hingga jannahNya kelak Aamiin Aamiin Ya Robbal Alamin.



Salam hangat dari kami yang kini sudah sah, yang terus belajar menjadi suami istri yang baik. Kami ketik tulisan ini di rumah kontrakan dan kota tercinta yang mempertemukan kami berdua. Terimakasih Yogyakarta. Ratih Kartika dan Akbar Abdurrahman Mahfudz 28 Mei 2018

Big thanks to Allah SWT Rasulullah SAW Orangtua dan keluarga besar kami berdua Sahabat, teman teman tercinta dari UNY, UGM, PMIA,UMA, dan lain sebagainya Undangan @weddingcard_jogja Souvenir @nuzulasouvenir Nasyid @awallunewcapella orang orang tersayang lainnya.









































Posting Komentar

9 komentar

Uhh akbar... meleleh bacanya hehe
Barokallah,Allah beri terbaik buat masing masing keluarga alumni kontrakan mantu idaman .. hehe


Aamiin

Salam buat mbk ratih

Halo bey ini akbar pake akunnya ratih. Iya makasih doanya. Alumni kontrakan mantu idamankan memang harus jadi idaman dengan ceritanya masing-masing, hhi. Kebetulan aja cerita kami ini kami bagi dan tulis. Semoga ada manfaatnya... 😊

Barakallah Ratih dan Akbar. Samara selalu yaa.. ikut seneng dan mengaminkan doa dan mimpi kalian..
Barakallahulaka wabaaraka'alayka wajama'a baynakuma fii khoiir. 😊

Aamiin Ya Allah Robbi. Makasih mbaak doanya .Semoga berkah juga bagi yg mendoakan. Ditunggu mainnya bsok ya mbak hhi 😘

Sampe nangis mbak bacanya 🌻

Ya Allah jadi terharu de hihihi. Iya smga ada manfaat nya ya de berkah juga bagi yg baca 😘

uhhuuyy, alhamdulillah yaa. apapun dan bagaimanapun caranya menikah, semoga kelak dipertemukan kembali dengan pasangan kita di akhirat nanti dan perjalanan menuju surgaNya diberkahi.. Aamin ya rabbal alamin :)

5 tahun lalu sudah dibaca.
Tahun ini baca lagi, Masya Allah mba.
Tetap menginspirasi.
Semoga jalannya, sama. 😊

Pagi pagi baca ini. Ya ampun de makasih ya komentarnya. Semoga jadi penyejuk tambah sabar dan syukur dalam penantian ❤️

Dimohon untuk berkomentar dengan bijak!

 
Top