Mengenal LATUN
Pasca pindah dari Jogja sekitar bulan Mei 2022 lalu, aku pernah mengalami fase jenuh dan bosan. Bosan karena belum punya teman di Bengkulu yang sefrekuensi seperti sahabat dan teman di Jogja dan lelah karena energinya hanya terfokus pada urusan rumah dan anak. Gitu terus beberapa bulan. Bahkan sampe pernah kepikiran buat melamar pekerjaan tapi sudah sangat jelas ide itu pasti ditolak oleh ayahnya anak-anak. Akhirnya, beliau terus menyupport ku dan mengapresiasi kerja-kerja dan karya-karya yang aku lakukan selama ini supaya aku nggak down terus.
Dan ternyata, setelah direnungkan kembali kebosanan dan kejenuhan itu emang hanyalah emosi sesaat. Kalau dipikir aku justru akan lebih stres kalau harus bekerja eight to four, atau nine to five setiap harinya, bertemu dengan orang lain yang mungkin nggak sefrekuensi dengan ku. Apalagi aku yang dari dulu suka bekerja secara independen dengan idealismenya sendiri pasti akan merasa tersiksa kalau nggak bisa berkarya dan bergerak seleluasa biasanya.
Alhasil, aku pun mencoba untuk berkarya kembali. Setelah di Jogja aku sudah menulis 10 buku pengembangan diri dengan berbagai topik, kali ini aku terpacu untuk belajar dan menulis buku anak. Gayung bersambut, ada ajakan kolaborasi pula untuk membuat buku anak dengan segala kiprah dan pengalaman LATUN (Lestari Alam Untuk Negeri) sebagai lembaga yang fokus pada konservasi dan pengelolaan sumber daya pesisir pantai dan laut Bengkulu sejak 2018.
Ajakan itu tercipta setelah bang Ari dan suamiku yang notabene rekan kerja dan bahkan satu ruangan itu berdiskusi dan mengobrol. Wah, aku pikir ini adalah pintu yang sudah disiapkan oleh Allah sehingga aku bisa menulis buku anak.
Disekitar bulan-bulan itu pula, aku mengikuti kelas online untuk penulisan buku anak dan self editing. Kelas-kelas itu aku ikuti demi mengupgrade ilmu dan menambah pengalamanku terkait penulisan buku anak. Dari kelas itu, aku dan peserta lain berhasil menyusun satu buku antologi yang berisikan macam-macam cerita anak.
Pertemuan dengan bang Ari kami rencanakan. Aku bersama mas Akbar, Salma dan Qia pergi ke kantor LATUN yang berada di kawasan pantai Tapak Paderi. Di situlah pertama kalinya aku mengenal Bang Ari. Bang Ari kemudian mengajak kami mengunjungi Marine Edu House, perpustakaan LATUN dan melihat segala rupa kegiatan LATUN.
Menemukan Ide Karakter Utama
Singkat cerita, aku dibantu mas Akbar menemukan ide untuk karakter-karakter yang ada di dalam buku. Karakter tersebut terinspirasi dari potensi wisata dan budaya Bengkulu. Ada Bocan yang terinspirasi dari Bencoolen Cantik, Tabuti dari Festival Tabut kebanggan masyarakat Bengkulu, Dolila dari alat musik dhol khas Bengkulu dan Oldi dari bunga tunggal terbesar di dunia yang tumbuh di Bengkulu yaitu Raflesia Arnoldi. Sampai titik menemukan karakter-karakter ini aja aku udah bersyukur sekali Ya Allah. Lucu, seru aja gitu loh apalagi belum ada yang bikin beginian di Bengkulu.
Ternyata, project buku ini bang Ari terus gembar-gemborkan ke pihak lainnya sampai akhirnya disambut baik oleh Pak Andre dari Bappeda Bengkulu, Bu Niar dan Pak Meri selaku Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Bengkulu. Tak berhenti begitu saja, ide ini pun dikembangkan lagi hingga akhirnya mendapatkan kesempatan untuk berkolaborasi dengan Bapak Rohidin Mersyah selakku Gubernur Bengkulu.
Aaaaaaak masyaallah mau nangis rasanya. Dahsyat banget skenario yang sudah Allah atur. Gimana enggak terharu coba, kalau dipikir aku ini kan pendatang di Bengkulu. Masih bilangan tahun-tahun pertama di Bengkulu tapi Allah kasih kesempatan, percepatan sehingga bisa melesat, dipercepat, dan berkolaborasi dengan orang nomor satu di Bengkulu.
Bahkan bersama walikota, wakil walikota dan kepada dinas lain sekota Bengkulu aja aku belum kenal dan belum pernah bisa berinteraksi, tapi ini seperti dikasih jalan tol langsung bekerja bersama pak Gub yang skalanya satu provinsi. Gimana nggak bersyukur banget aku sekarang. Ternyata, inilah salah satu alasan kenapa aku dan keluarga dipindahkan Allah dari Jogja ke Bengkulu.
Dalam hal ini juga, Pak Gub sudah terlebih dahulu mengawal perkembangan LATUN bahkan banyak terlibat dalam kegiatan LATUN sehingga saya merasa konten buku yang nantinya akan kami tulis benar-benar original dan sarat makna dan berdasarkan pengalaman pak Gub.
Pencarian Ilustrator
Perjalanan buku ini juga semakin memberikanku kesan pribadi yang mendalam apalagi aku sendiri yang memang memilih dan mencari illustrator untuk 6 buku kami. Alhasil, dari beberapa hari pencarian di Instagram, aku pun menemukan 6 ilustrator yang berasal dari daerah berbeda. Ada Mbak Hariati dari Jogja, mba Iffah dari Makassar, Mba Kartika dari Cirebon, Mba Anisa dari Surabaya, Mba Annisa Artha dari Jogja dan Mbak Rachel dari Bali. Dan so sweetnya lagi kebanyakan mereka adalah seorang istri dan ibu. Jadi vibes-nya makin nyambung dengan aku. Bedanya aku menulis naskahnya, mereka yang menggambarnya.
Penerbit Elmarkazi
Setelah pencarian illustrator, kami pun juga mencari penerbit. Sekalipun di Jogja atau di Jawa harga cetak buku lebih murah tapi dari sekian penerbit yang coba kami kontak, jatuhlah pilihan kami dengan penerbit Elmarkazi yang berasal dari Bengkulu sehingga buku ini akan semakin Bengkulu oriented dan pengennya juga memajukan putra-putri daerah juga.
Rapat-rapat Penyempurnaan Naskah
Setelah berjalannya waktu, akhirnya kami melewati rentetan rapat baik offline maupun online guna menyempurnakan naskah dan ilustrasi yang dikerjakan. Kami pun mengalami proses revisi teks, sketsa, warna bahkan akhirnya setelah fix, kami harus melewati beberapa proses pengurusan ISBN yang cukup memakan waktu. Sempat ada momen surat pernyataan keaslian ternyata harus di tanda tangani oleh pak Gub, tapi alhamdulillah pak Andre membantu kami dalam memintakan tanda tangan kepada pak Gub.
Launching Buku
Singkat cerita akhirnya di Desember 2023 buku sudah fix dan dicetak. Aaaaak masyaaallah alhamdulillah bersyukur sudah sampai titik ini. Selanjutnya, adalah acara launching buku dan setelah menunggu beberapa bulan, launching buku ini diadakan bersamaan dengan acara memperingati Hari LIngkungan Hidup Sedunia yang diadakan oleh Dinas LIngkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Bengkulu pada Rabu, 12 Juni 2024.
Uniknya, tim inti buku juga dikabari secara mendadak. Kamis siang rapat, Selasa gladi bersih untuk acara hari Rabu minggu depannya di Bencoolen Mall (Mall terbesar di Bengkulu).
Dan tibalah hari H, alhamdulillah acara berjalan lancar. Saya bersama Pak Gub dan Kak Agus (pendongeng) akhirnya berdiri satu panggung. Lucunya lagi ada empat boneka tangan yang merupakan empat karakter yang ada dalam buku, yaitu ada Bocan, Dolila, Oldi dan Tabuti yang kami tampilkan.
Anak-anak peserta acara antusias, tim inti juga lengkap berkumpul, panitia hebat keren mantap pokoknya dan yang terpenting buku berhasil dilaunching secara resmi.
Masyaallah alhamdulillah sekali. Terucap syukur akhirnya apa yang kami perjuangkan sejak 2022 sudah berhasil di launching. Semoga buku ini dapat memberikan kontribusi di bidang literasi dan kampanye peduli lingkungan sedari anak-anak. Dan launching buku ini juga bukan akhir dari segalanya, namun justru awal dari dimulainya babak baru insyaallah.
Tulisan sedikit ini juga menjadi salah satu arsip yang suatu saat nanti dapat menjadi pengingat bahwa aku pernah bermimpi, berjuang dan menjadi bukti bahwa selalu ada jalan buat siapa saja yang berkemauan. Di bawah langit Jogja, Bengkulu atau manapun insyaallah kita bisa berkarya alhamdulillah alhamdulillah alhamdulillah…
Terima Kasih Ya Allah
Momen ini menjadi salah satu pengalaman berharga sepanjang hidupku dan prestasi ini tidak bisa diraih tanpa dukungan banyak orang.
Terima kasih suamiku Akbar Abdurrahman Mahfudz yang juga terlibat sebagai editor dalam buku ini. Terima kasih bang Ari, direktur LATUN yang memulai dan mengenalkan kolaborasi ini. Terima kasih Pak Andre yang menerima ide kami, dan mengawal kolaborasi ini sejak awal. Terima kasih Bu Niar yang dengan sabar membimbing dan meneliti hasil kerja kami, terima kasih Pak Meri selaku kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Bengkulu yang mengantarkan kami bertemu pak Gub demi menjalin kolaborasi ini dan tentunya terima kasih Bapak Rohidin Mersyah yang mau menerima ide, turut memberikan masukan dan mau berkolaborasi dengan saya.
Semoga buku-buku tersebut dapat memberikan manfaat khususnya untuk anak-anak di seluruh provinsi Bengkulu sehingga mereka menjadi anak-anak yang tumbuh berani, mandiri, peduli terhadap lingkungan dan utamanya bangga dengan potensi wisata maupun budaya Bengkulu aamiin.
Aaaaak, masyaallah. Semoga sedikit cerita ini menjadi inspirasi bagi teman-teman pembaca di luar sana. Kita dapat meraih Impian asalkan kita tidak pernah menyerah mengusahakan Impian tersebut. Tetap bersemangat dan berani bermimpi besar, mulailah dari hal terkecil dan lakukan sekarang juga. Sisanya nanti akan diatur lewat skenario-Nya yang datang menyempurnakan.
Bengkulu, 16 Juni 2024
Bentiring, Muara Bangkahulu, Kota Bengkulu.
buku anak bengkulu, buku tentang bengkulu, buku sejarah bengkulu, buku explore bengkulu, buku wisata bengkulu, buku adat istiadat bengkulu
Next
This is the most recent post.
Previous
Posting Lama
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar
Dimohon untuk berkomentar dengan bijak!