7
(LANJUTAN)4. Persapihan. Sebenarnya saya memberikan toleransi untuk Sal menyusui sampai 2 tahun 30 hari. Tapi suatu hari, suami dan saya pun seperti merasa “ Eh sepertinya ini harinya”. Maka, dengan segala niat dan usaha, hari itu pun kami memutuskan untuk menyapih Sal. Walau pasti ada dramanya, tapi alhamdulillah Sal akhirnya mengerti bahwa ia harus menyusui hingga usianya 2 tahun saja. Jadi, bisa dikatakan teknik sapih yang kami gunakan alami saja, based on sounding setiap tidur, setiap waktu, ditambah doa, kekuatan untuk tega dan tegas melihat Sal menangis dan yang penting tidak menggunakan obat/oles-oles apapun di PD. Setiap Sal membuka baju saya untuk nenen, saya pun mengingatkannya kembali “ Eh kakak Sal lupa ya, ini kan sudah hari ke 7 disapih, kakak Sal kan sudah besar dan lain sebagainya. Alhamdulillah, mujarab! Semoga saja bisa jadi inspirasi oleh para Moms lain ya.
5. Susu dan Vitamin. Sama seperti kehamilan Sal, saya masih mengonsumsi susu prenagen (karena cocok dengan rasanya), kurma (saya ganti sari kurma, soalnya nggak terlalu suka dengan kurma asli), minyak zaitun dan madu. Untuk vitamin, saya mengonsumsi Elkana dan Inbion atas resep dokter. Berbeda dengan kehamilan Sal yang hanya mengonsumsi asam folat (folavit) saja. Jadi berasa lebih mantap lah nutrisinya. Untuk kacang hijau, maupun air kelapa muda justru tidak begitu rutin seperti kehamilan Sal. Selain karena kontrakan sekarang jauh dari penjual bubur kacang hijau maupun kelapa muda, hal lainnya karena kondisi ketuban dan kesehatan adik bayi bagus sehingga ya sudahlah tidak terlalu memaksakan harus mengonsumsi itu setiap hari.
6. Olahraga. Berbeda dengan kehamilan Sal yang super mager ketika harus berolahraga, dikehamilan kedua ini saya justru merasa sangat aktif. Selain karena menemani Sal beraktivitas seharian, saya pun cukup sering berolahraga baik dengan jalan kaki minimal 30 menit di dalam rumah, maupun mengikuti senam hamil di Youtube. Pokoknya lebih aktif dan energik lah hahaha.
7. Kontrol kandungan. Hamil di kala pandemi memiliki tantangan tersendiri, salah satunya harus senantiasa menerapkan prokes dimanapun berada baik untuk saya, suami maupun kakak Sal. Walau awalnya takut, ternyata setelah dijalani tidak sehoror yang dibayangkan. Sal yang awalnya susah memakai masker pun berangsur tertib memakai masker. Setiap kontrol di RS dengan dokter yang sama seperti ketika hamil Sal yakni dr. Esti di RSA UGM pun berjalan lancar. Mulai dari kontrol bulanan hingga akhirnya per 2 minggu mendekati lahiran. Walau RSA UGM menjadi RS rujukan COVID-19 namun prokes yang diterapkan ketat sehingga kami pun merasa lebih aman dan nyaman ketika kontrol kandungan.
8. Lebih produktif. Kehamilan kedua ini walau mungkin lebih menguras tenaga, namun ada hikmah lain yang saya ambil. Yakni saya menjadi lebih produktif baik dalam menulis, membaca buku maupun membaca Al Qur’an. Alhasil, sebelum adek bayi lahir, saya telah merampungkan project kepenulisan buku Kuberanikan Diri untuk Menulis, mengikuti lomba menulis, menjadi editor di buku Mengenal SIG Lebih Dekat (buku suami dan teman-teman dosen prodi SIG UNMAHA, Yogyakarta) maupun berhasil menyelesaikan naskah buku solo baru karya saya sendiri yang selesai per Mei 2021 dan akan saya terbitkan pasca kelahiran adik bayi nanti. Selain itu, suatu hari saya melihat IG Story Dian Pelangi, beliau sharing bahwa setiap bulan pada kehamilannya diusahakan untuk khatam 1 juz Al Qur’an. Dari cerita tersebut, saya pun merasa sangat amat tertohok, sehingga mulai dari bulan Ramadhan hingga adik bayi lahir, saya berusaha untuk ODOJ (One Day One Juz). Harapannya istiqomah hingga ke depannya ya bun aamiin. Dari rutinitas ODOJ ini, saya pun merasa sangat lebih produktif dalam menjalani hari karena ketika subuh, saya telah mengkhatamkan 1 juz. Biasanya saya membaca Al Quran bada solat ashar, mahrib, isya dan subuh diusahakan sudah selesai. Semoga nantinya bisa bertambah dengan menghafal Al Quran bersama anak-anak, aamiin.
9. Sal bentar lagi jadi kakak. Selama kehamilan, tentu kami memberikan sounding kepada Sal bahwa sebentar lagi adik akan lahir. Maka, sebisa mungkin Sal kami ajak untuk berinteraksi dengan adik yang masih di dalam perut sampai akhirnya Sal mulai paham. Dibuktikan dengan kemampuannya memanggil adik, mengusap dan mencium perut ibu yang ada adik di dalamnya. Sal pun kami sounding selalu ketika tidur misalnya dengan kakak sayang adik, adik sayang kakak. Bentar lagi dapat teman main dan lain sebagainya.
10. Persiapan persalinan. Ketika usia kehamilan memasuki 8 bulan, saya pun telah menyiapkan koper/hospital bag yang berisi kebutuhan adik bayi, saya dan suami. Tapi, yang justru lebih kami pikirkan adalah siapa yang akan kami titipkan Sal selama persalinan karena tidak mungkin membawa Sal ketika persalinan apalagi sedang pandemi seperti ini. Alhamdulilah, masalah pun terpecahkan. Ada adik ipar dari Palembang yang datang sebelum persalinan tiba sedangkan nyai dan atok (kakek-nenek Sal) Sal gagal ke Jogja karena PPKM. Tak apa, semuanya harus disyukuri, alhamdulillah Sal dapat dikondisikan dengan tante-tantenya.
11. Drama persalinan. Pada 29 Juni 2021, pukul 13.30 ada air yang keluar begitu saja dalam jumlah yang agak banyak. Saya pikir ini pun ketuban, lalu kami menuju UGD RS UGM dan setelah diperiksa menggunakan kertas lakmus, air tersebut adalah air keputihan, bukan air ketuban. Setelah pulang, pada malam hari pukul 23.00 tiba-tiba saya mengalami kontraksi setiap 5 menit. Saya dan suami pun memutuskan untuk menuju UGD RS UGM pada pukul 23.30. Sesampainya di sana, saya diperiksa dan benar saja sudah bukaan 3. Kami pun mengikuti prosedur selanjutnya yaitu swab antigen yang baru pertama kalinya kami jalani. Oh begitu to rasanya dicolok hidungnya beberapa detik haha. Setelah hasil keluar (Negatif) saya pun dibawa ke ruang bersalin pada sekitar pukul 05.00.
Kontraksi semakin rapat, tapi saya mencoba untuk tidur sebisa mungkin untuk mengumpulkan energi karena tidak tidur semalam suntuk. Akhirnya, sekitar pukul 07.00 , ketika saya sedang sarapan, air ketuban saya pecah dan kontraksi semakin menjadi-jadi. Setelah dicek bukannya baru 5, waah rasanya sudah nggak karuan tapi bukaan masih 5. Saya pun ragu, kalau bukaanya masih 5 karena saya merasa posisi kepala adek bayi sudah di bawah. Seketika itu saya meminta suster untuk mengeceknya dan benar saja, kepala bayi sudah muncul. Suster pun tak menyangka prosesnya akan cepat sekali . maka dengan tanggap para suster dan bidan pun menyiapkan persalinan dan tanpa mengejan (ngeden) sama sekali, bayi pun keluar dengan sehat, selamat diiringi suara tangisan yang menggema di ruangan bersalin. Masyaallah, prosesnya dimudahkan sekali alhamdulillah adek bayi lahir pada Rabu, 30 Juni 2021 pukul 07.20 dengan PB 49,5 cm dan BB 2,9 kg.
Saya termasuk orang yang attention to detail dan prepare sekali terhadap sesuatu. Tapi tetap saja, ada yang kurang. Ternyata selama ini saya salah melihat tanggal HPL yang harusnya 2 Juli 2021, ternyata selama ini yang terbaca adalah 7 Juli 2021. Alhasil, belanja kebutuhan makanan/snack untuk bersalin tidak terlaksana dengan baik. Saya dan suami hanya membawa air mineral tanpa makanan sama sekali sehingga kami pun memutuskan untuk order makanan lewat go food. Jadi, pelajaran untuk bumil lain untuk memperhatikan HPL dan mempersiapkan makanan/snack bersalin. Karena sebelum kontraksi semakin kuat, kita dapat ngemil sesuka hati tanpa khawatir. Kalau saya kemaren, order makanan lewat go food dan makanan sampai di meja saja mendekati ketuban pecah which is kontraksinya kuat. Alhasil, karena saya belum makan sama sekali, maka saya menahan sakitnya kontraksi sembari makan. Rasanya nggak enak serius, nggak nikmat dan asupan makannya nggak maksimal karena menahan sakit. Walau tersedia sarapan bergizi dari RS pun tidak ngaruh alias tidak bisa dimakan secara leluasa karena jujur sakit banget memang kontraksi melahirkan itu huhuhu. Semoga bisa jadi pelajaran untuk bumil maupun calon bumil lainnya ya. Sesakit apapun kontraksi tetap harus dinikmati sebagai tanda perjalanan bertemu dengan si kecil yang selama ini kita kandung semakin dekat. Semangat!
13. Nama Adik Bayi. Setelah mencari inspirasi sana-sini, kami pun memutuskan nama Taqiyarunisa Abdurrahman (Qia) menjadi nama adek bayi. Taqiya artinya orang yang bertakwa, runisa dari Khoirunisa artinya wanita terbaik, sedangkan Abdurrahman (Hamba Allah yang Maha Pengasih) adalah nama tengah sang ayah plus salah satu nama yang disukai oleh-Nya. Jadilah seperti itu ceritanya. Tanpa pusing sana-sini, kami pun sudah mantap dengan nama tersebut dan tidak ingin berpindah ke nama lain. Kek semacam menemukan rasa sreg dengan nama itu hihihi
14. Harapan Keluarga Kami. Sebagai penutup, kami tak hentinya mengucap syukur atas hadirnya Qia di tengah keluarga kami. Seperti sedang sekolah, kami pun sedang memasuki kelas baru. Saya dan suami akan belajar bagaimana manajemen rumah tangga dengan 2 orang anak, kakak Sal juga akan belajar bagaimana menjadi seorang kakak. Dan sampai artikel ini ditulis pun, kami baru saja merasakan 1 minggu menjadi ayah dan ibu dari 2 orang anak dimana banyak hal yang baru, baik adaptasi waktu tidur, bermain, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, berbagi tanggung jawab dan lain sebagainya. Pastinya masih kurang dan sangat butuh inspirasi dan belajar dari rumah tangga-rumah tangga lainnya. tapi inti dari semuanya adalah kembali lagi ke rasa syukur dan sabar karena dua rasa tersebut senantiasa berjalan beriringan di kehidupan manusia. Kadang harus bersyukur, kadang harus bersabar. Maka dengan adanya Qia dan kakak Sal semoga menambah nafas sabar dan syukur bagi kami selaku orangtua.
Terakhir banget, terimakasih untuk keluarga, kerabat, teman, sahabat, dr. Esti dan nakes RSA UGM untuk semua bantuan dan doanya. Yuk kita saling mendoakan semoga keluarga kita tumbuh menjadi keluarga yang senantiasa diiringi keberkahan, kekuatan, kesyukuran dan kesabaran hingga nanti meniti jalan surga bersama-sama Aaamin. Untuk yang sedang berjuang, semoga sembabnya mata dan sesaknya dada kala berdoa di sepertiga malam membuat-Nya mendatangkan jodoh dan momongan di waktu terbaik, aamiin InsyaAllah. Ratih Kartika, 7 Juli 2021 (Kontrakan Ngangkruk, Caturharjo, Sleman, DI Yogyakarta).

Posting Komentar

7 komentar

Hai mbak.. salam kenal..
Boleh tau, dulu waktu lahiran yang kedua ini pakai kamar yang kelas berapa dan total biaya persalinannya berapa ya?
Kemarin saya sempat tanya ke RSA, katanya untuk bangsal persalinan ga ada kamar VIP yang bisa sekamar untuk 1 pasien aja.
Adek bayi apa dapat perlengkapan dari RS juga, misalnya baju bayi, bedong, dsb., atau bawa sendiri?
Terima kasih sebelumnya

Halo mbak, iya emang ga ada VIP mbak. Aku tadinya juga mau VIP Aku kamar dibawah VIP yg Deket atau satu lantai sama kamar bersalin dan suster yg jaga.

Kamar kelas 3 mbak .

Perlengkapan bayi tetep bawa sendiri mbak. Walaupun ditawarin dr RS nya. Pas lahir banget pake baju dan bedong dr RS.

Better bawa sendiri ya mbak utamanya popok kain, dan bedong karena Newborn banyak BAB dan BAK. Jadi dibanyakin stoknya.

Smga membantu ya mbak. Sehat2 semuanya

Eh kurang yah. Kmren habis sekitar 4,6an mbak masuk jam 12 malam, keluar esoknya jam 10 plus obat, layanan, dll persalinan pervagina kategorinya. Aku bayar pake transfer bank, minta no.rek di kasir mbak. Begitu mbak

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Hai mbak, salam kenal dari warga Jogja juga 😁 Makasih yaa buat sharingnya, kebetulan lagi cari info buat persalinan di RSA UGM. Baca cerita pengalaman persalinannya 2x di RSA UGM ini jadi bikin tambah manteb kayaknya mau persalinan disana aja. Semoga sehat-sehat selalu untuk mbak & keluarga yaa.

www.ajengmas.com

Alhamdulillah salam kenal mbak Ajeng terimakasih sudah mampir dan komen. Semoga sehat dilancarkan persalinannya ya mbak . Semangat 💪😊

Dimohon untuk berkomentar dengan bijak!

 
Top