0
Assalamualaikum wr.wb Halo-halo pembaca semua. Back again to my website. Seperti biasa, saya akan merangkum perjalanan dan cerita berharga yang terjadi dalam hidup saya dan suami yang semoga saja dapat memberikan manfaat dan inspirasi untuk teman-teman pembaca semua. Cerita-cerita tersebut akan saya ceritakan dalam beberapa poin bahasan namun porsi bahasan terbesar berkaitan dengan cerita pengalaman kehamilan kedua yang saya alami. Tanpa berlama-lama lagi, here we go!
2020 : Hampir pindah dari Jogja. Singkat cerita, di tahun 2020, kami hampir saja akan meninggalkan kota Jogja. Kami yang sudah lebih dari 10 tahun tinggal di Jogja ini juga fine fine saja apabila memang rezekinya pindah di kota lain. Istilahnya, kami juga ingin keluar dari zona nyaman. Secara Jogja beserta isinya telah menyajikan segala keperluan kami dengan mudah. Bahkan relasi dari berbagai kalangan pun kami kenal sehingga kalau ada apa-apa pun kami mudah mengurusnya. Jadi, kesempatan untuk pindah dari Jogja ini kami sambut dengan antusias. Personally, saya pun sembari menyiapkan mental karena akan bertambah jauh dari keluarga. Tapi, karena saya suka berpetualang, maka rasa penasaran untuk pindah dan memulai segala sesuatunya dari 0 mengalahkan ketakutan-ketakutan saya yang lain. Intinya, suami sangat diharapkan untuk bekerja dan mengajar di sebuah kampus di pulau Sumatera. Bahkan suami pun di kontak dan didukung secara penuh ketika proses seleksi. Ketika itu kami sih biasa aja, dalam artian tidak menaruh ekspektasi tinggi, jadi ketika akhirnya belum rejeki, kami pun fine-fine saja. Hingga akhirnya, hari keputusan itu pun datang. Walau sangat diharapkan oleh mereka untuk pindah ke kota tersebut, tapi rencana-Nya selalu lebih baik. Akhirnya kami pun masih di Jogja sampai dengan saat ini. Hm, mungkin saja akan ada banyak kejutan di masa depan dan banyak alasan mengapa kami masih ditakdirkan tinggal di kota istimewa ini. Cerita ini pun kami jadikan pengalaman, kenangan dan cerita lucu yang pastinya memberikan hikmah bagi keluarga kami nantinya.
2021: Tahun berani ikutan lomba menulis. Tahukah teman-teman bahwa selama ini saya adalah orang yang takut dan malu untuk ikutan lomba menulis. Ah masa sih? Iya serius! Walaupun sudah menulis beberapa buku, ternyata nyali untuk ikutan lomba tidak sebesar menulis buku. Karena apa? Karena bagi saya, menulis buku itu mudah. Maksudnya, tidak perlu bersaing dengan orang lain. Inti prosesnya kan hanya pada menulis, editing kemudian menerbitkannya. Bersaingnya ya dengan diri sendiri alias harus mengalahkan rasa malas yang hadir dalam diri kita sendiri. Tapi kalau lomba menulis, tentu ada persaingan di antara peserta yang lain. Belum lagi ada bayangan kegagalan yang mungkin saja bisa membuat saya jadi malas untuk ikutan lomba menulis. Tapi, setelah saya pikir-pikir justru dengan mengikuti perlombaan menulis, akan berdampak signifikan terhadap kemampuan menulis yang saya miliki. Seenggaknya tulisan saya akan dibaca dan dikomentari oleh panitia/juri lomba tersebut. Dari sini, saya dapat mengambil banyak pelajaran karena mendapat masukan dari mereka. Nggak muluk-muluk lah, masuk ke finalis atau berapa besar itu sudah cukup membanggakan. Itu target saya jika suatu saat nanti berani ikutan lomba menulis.
Daaaaaaan kesempatan itu pun datang pada bulan Februari 2021. Adalah sebuah kompetisi menulis dari komunitas Perempuan Berkisah x Sorella x Infermia Publishing bertajuk "INISIATIF PEREMPUAN MENGUATKAN SESAMA PEREMPUAN DAN KELOMPOK MARGINAL DI LINGKUNGANNYA"yang membuat saya berani untuk mengikutinya. Dari temanya sudah ketebak ya, saya nggak akan jauh-jauh dari Yasara Indonesia. YI menjadi senjata andalan saya dalam lomba tersebut dan tak disangka-sangka, tulisan saya yang berjudul “Impian Sederhana Seorang Perempuan” sukses mengantarkan saya menjadi juara pertama dalam kompetisi menulis tersebut. Aaaaaakkk masyaallah banget pokoknya! Di antara puluhan penulis dan perempuan hebat dengan berbagai inisiatif atau gerakannya di seluruh antero Indonesia, saya terpilih menjadi yang terbaik. Dari kompetisi tersebut, saya pun mendapatkan uang tunai Rp 2.000.000, piagam penghargaan, hampers dari Sorella.id. Bonusnya, tulisan saya bersama ke 13 pemenang lain akan diterbitkan ke dalam sebuah buku. Waaah, bersyukur banget pokoknya!
Kompetisi menulis selanjutnya yang saya ikuti diselenggarakan oleh Institut Telkom Purwokerto dengan tema “Bangkit dari Pandemi COVID-19”. Walau cukup pede akan berhasil menjadi juara, nyatanya tulisan saya yang berjudul “Jaminan Kesehatan ala Yasara Indonesia” tidak berhasil memenangkan apa-apa. Jangankan juara utama, juara harapan saja lewat hahaha. Aah its okay! Kegagalan ini sama sekali tidak menyurutkan semangat saya untuk terus mengikuti kompetisi menulis lainnya.
Sampai akhirnya, kompetisi ketiga yang saya ikuti di bulan Mei 2021 adalah kompetisi menulis perbankan syariah dari Republika. Awalnya saya enggan untuk mengikuti lomba tersebut, namun berkat dorongan suami, jadilah saya pun ikut dalam kompetisi tersebut. Saya pun menuliskan pengalaman maupun curhatan saya dalam menggunakan produk-produk bank syariah untuk berbagai keperluan. Baik untuk operasional YI, tabungan pribadi sebelum menikah, tabungan ke luar negeri hingga tabungan keluarga, pendidikan anak, umroh, haji maupun keperluan ZIS (Zakat, Infaq, Sodaqoh). Lagi-lagi, skenario-Nya memang ajaib! Tulisan saya yang berjudul “Mengakar Kuat dan Tumbuh Bersama Bank Syariah” berhasil menjadi juara 1 dalam kompetisi tersebut. Teman-teman yang penasaran dengan curhatan saya tersebut bisa langsung meluncur ke link https://retizen.republika.co.id/posts/11052/mengakar-kuat-dan-tumbuh-bersama-bank-syariah
Semoga bisa menjadi bahan belajar untuk kita semua ya. Jujur, ini di luar ekpsektasi saya karena peserta dari kompetisi ini banyak sekali bahkan lebih dari 500 penulis, lintas usia dan kalangan sehingga saya tidak berharap banyak apalagi bisa jadi juara 1. Jadi juara harapan saja sudah alhamdulillah lah pokoknya. Tapi tak disangka-sangka, curhatan ala kadarnya itu mampu membuat saya memenangkan kompetisi tersebut. Aaaahhh, masih nggak percaya rasanya! Dari kompetisi tersebut, saya pun mendapatkan tabungan BSI Rp 5.000.000 +piagam+tropi. Mau nangis rasanya deh kalau inget sampai sekarang saking terharunya!
Kompetisi menulis selanjutnya yang saya ikuti adalah kompetisi menulis yang diselenggarakan oleh Mata Garuda LPDP. Tema dari lomba tersebut ada 3, namun saya pun memilih tema “ Sinergi dan Kolaborasi untuk Pemulihan Ekonomi Nasional”. Walau terlihat resmi, tapi ketentuan penulisan dalam kompetisi ini tidak banyak. Salah satunya minimal-maksimal kata yang digunakan oleh peserta lomba hanya 500-750 kata. Akhirnya, dengan niat untuk belajar lagi, saya pun mengirimkan sebuah tulisan berjudul “Sinergi dan Kolaborasi Yasara Indonesia dalam Pemulihan Ekonomi Nasional.” Dan pengumuman pun tiba, rasa PD saya ternyata salah, saya pun tidak masuk menjadi salah satu juara. Jangankan menjadi juara utama, menjadi juara harapan saja saya tak lolos hahaha. Nggak apa-apa. Masih banyak kesempatan di masa yang akan datang, insyaAllah.
2021: Antologi baru terbit! Pengalaman lain yang berharga untuk diceritakan lagi-lagi tentang project antologi YI. Saya, Titin dan Aziizah dibantu oleh suami berhasil menyelanggarakan project penulisan buku berjudul “Kuberanikan Diri untuk Menulis”. Buku tersebut diisi oleh 26 penulis baik yang sudah pernah menerbitkan buku maupun yang belum pernah menulis buku sama sekali. Saya pribadi sangat bersyukur atas kesuksesan buku ini mengingat banyak dari penulis yang akhirnya berani menulis dan berhasil mengalahkan rasa ketakutan mereka dalam berkarya. Saya paham banget rasa haru dan bangganya seseorang yang belum pernah menerbitkan buku sampai akhirnya berhasil mewujudkan impiannya. Bagi saya, program dari YI ini harus terus dijalankan setiap tahun mengingat manfaat dari program ini yang dapat menjadi jembatan kebaikan dan kebahagiaan bagi banyak orang lain.
2021: Lahirnya Taqiyarunisa Abdurrahman. Banyak yang kaget dengan kabar bahagia yang kami bagikan tak berselang lama sebelum persalinan. Siapa sangka bahwa selama itu saya sedang mengandung adik dari Malika Salma Abdurrahman. Alhamdulillah, ini adalah rezeki terbesar kami tahun ini. Kami diamanahi seorang anak yang kami namani Taqiyarunisa Abdurrahman. Lalu, apa bedanya dengan kehamilan pertama? Apa yang ditambah dan dikurangi? Apa pelajaran berharga dari kehamilan kedua ini? Yuk, kita lanjut ke bahasan selanjutnya!
1. Hamil direncanakan? Jawabannya IYA! Kami memang tidak KB. Kami memang ingin memiliki anak dengan jarak yang dekat dan setelah kami baca-baca jarak ideal antar anak itu sekitar 2-5 tahun. Jadi bismillah saja pada waktu itu. Dan ternyata apa yang kami rencanakan berjodoh dengan skenario-Nya. Pada bulan November 2020, saya mendapati dua garis merah pada testpack. Walau awalnya kaget namun seiring berjalan, rasa syukur memenuhi hati. Kami yakin, Allah yang mengamanahi, Allah yang memampukan. Kami sungguh merasa terharu karena dianggap mampu dititipi buah hati lagi.
2. Aktivitas. Karena hamil kali ini sudah ada kakak Sal, maka setiap proses kehamilan mulai trimester pertama hingga ketiga, setiap harinya selalu bersama kakak Sal. Jadi saya pun harus bekegiatan rumah tangga seperti biasa ditambah menemani kakak Sal, menstimulasi tumbuh kembang Kakak Sal, bermain, belajar dan sebagainya sembari menjaga kesehatan adik. Gimana rasanya? Capek pasti iya, sampai-sampai nggak kerasa lagi hamil soalnya selalu sibuk setiap harinya. Maka dari itu, cukupi kebutuhan makan, minum dan vitamin agar kondisi tubuh tetap prima ya.
3. Nursing While Pregnant (NWP). Saya hamil lagi ketika kakak Sal masih berusia 1,6 bulan, artinya Sal masih menyusui. Apakah sehat untuk janin? Apakah menyusui memacu kontraksi? Setelah berkonsultasi dengan dokter dan membaca referensi, selama tidak ada indikasi buruk dari NWP (lemas, muntah, perut kencang, pertumbuhan janin kurang optimal dll) maka menyusui masih boleh dilakukan. Walau banyak cerita tentang persapihan dini oleh para Moms, saya yang awalnya merencakan untuk menyapih Sal 3 bulan sebelum dia berusia 2 tahun pun tak kuasa dan tak tega melakukannya. Saya terus mengafirmasi diri saya bahwa saya kuat dan sehat. Alhasil, atas seizin-Nya, Sal menyusui hingga berusia 2 tahun lebih 10 hari. Saya pun merasa bahagia karena menunaikan hak untuk Sal selama 2 tahun penuh.
Lanjutannya ada di postingan selanjutnya ya!

Posting Komentar

Dimohon untuk berkomentar dengan bijak!

 
Top