0
Aku adalah seorang wanita berumur 27 tahun. Sebelum matahari menyingsing di pagi hari, aku telah terlebih dahulu meninggalkan kasur dan selimut hangat yang tergeletak di kamarku. Walau rasanya ingin sekali melanjutkan tidur lelapku, namun ingatan akan serangkaian tugas mulia yang harus kutunaikan berhasil membangunkanku dengan cepat. Tugas-tugas mulia itu adalah menjadi seorang istri dan ibu bagi suami dan kedua putri kecilku.
Salah satu tugas mulia yang senantiasa harus kukerjakan adalah terus berupaya menjaga kesehatan keluarga, baik dengan memastikan asupan makanan yang bergizi, menerapkan protokol kesehatan ketika benar-benar harus keluar rumah maupun memikirkan bagaimana caranya agar anak-anak tidak bosan bermain di rumah.
Ah, benar-benar bukan sekedar mimpi buruk. Rasanya ingin sekali melompati pandemi COVID-19 dan kembali hidup normal lagi tanpa memakai masker dan bebas bergerak ke mana saja. Namun, manusia tak dapat berkuasa atas apapun. Pandemi COVID-19 adalah kenyataan yang harus dihadapi oleh kita semua. Tak dapat ditolak dan ditawar bahkan sebanyak apapun uang yang kita miliki.
Rasanya getir hati ini mendengar berita bahwa setiap harinya ada ratusan nyawa yang tak tertolong, tangisan anak yang ditinggal orangtuanya, jeritan hati seorang suami yang bingung ke mana lagi harus mencari uang setelah menerima surat PHK dari kantornya, lelahnya dokter dan tenaga kesehatan yang menangani pasien, bingungnya para pilot yang berulang kali gagal terbang dan terancam pensiun dini karena tidak adanya penumpang hingga stresnya seorang ibu mendampingi anak-anaknya belajar dari rumah.
Walaupun terdengar suram, mengerikan dan menyedihkan, tapi di sisi lain pandemi COVID-19 telah memberikan kita peluang serta kesempatan untuk terus bergerak menjadi agen penebar kebaikan melalui banyak pintu yang mungkin belum pernah kita buka dan masuki sebelumnya. Contohnya seperti memotivasi teman yang sedang sedih karena usahanya bangkrut, membesarkan hati anak-anak yang orangtuanya meninggal karena COVID-19, meminjamkan laptop untuk media belajar daring anak-anak panti asuhan, mengantar sayuran dan bahan pangan untuk tetangga yang sedang melakukan isolasi mandiri bahkan dengan membagikan informasi permintaan donor konvalesen di media sosial. Pintu-pintu baru inilah yang sekarang terbuka di mana-mana dan seakan-akan memanggil diri kita untuk bergerak mendekat dan memasukinya. Tidak melulu soal uang, bantuan tenaga bahkan bantuan lain sekecil apapun wujudnya sangatlah bernilai bagi mereka yang sedang menunggu pertolongan di balik pintu-pintu tersebut.
Di sisi lain, pandemi COVID-19 juga seakan-akan sedang membawa misi sosial yakni untuk mengingatkan umat manusia di seluruh belahan bumi supaya saling tolong menolong tanpa mengenal suku, jarak, uang dan waktu. Sama seperti pesan sosial dalam film “Pay It Forward”, jika kebaikan diteruskan ke orang lain, maka dunia ini akan dipenuhi oleh orang yang saling tolong menolong. Jadi, film ini membawa pesan agar kita gemar menolong orang di manapun kita berada. Apalagi di era sekarang ini, dengan perkembangan teknologi informasi yang kian pesat, membuat siapapun dengan mudahnya dapat saling terhubung, berkontribusi dan menjadi seorang changemakers.
Sungguh, teknologi memang memudahkan manusia. Benar saja bahwa dengan the power of scroll, click dan swipe menjadikan seseorang dapat membantu orang lain yang jaraknya berpuluh hingga beratus-ratus kilometer dalam hitungan beberapa detik saja. Kemudahan-kemudahan seperti inilah yang harus kita manfaatkan sebaik mungkin agar budaya tolong menolong semakin mengakar kuat dalam diri masyarakat Indonesia.
Jika aku boleh bercerita, jauh sebelum virus COVID-19 datang ke Indonesia, aku yang merupakan bagian dari masyarakat pun ingin menggunakan kemudahan-kemudahan tersebut untuk membantu orang lain. Maka dengan berbekal semangat dan panggilan hati, kuawali langkah tersebut dengan mencari mereka-mereka yang membutuhkan dan belum tersentuh bantuan dari Pemerintah Indonesia. Kutemui dan kugali informasi mendetail tentang keadaan mereka kemudian mengunggahnya di Instagram. Ternyata, banyak orang baik di luar sana yang terketuk hatinya dan ingin meringankan beban hidup mereka. Sejak saat itulah, aku menjadi sangat termotivasi sekaligus tertantang untuk mencari target-target baru yang akan dibantu.
Dari pengalaman ini, aku belajar bahwa sebuah niat baik harus ditindaklanjuti dengan langkah-langkah kebaikan. Sesederhana apapun bentuknya. Aku juga percaya bahwa apabila langkah-langkah kecil ini kujaga dan kulakukan dengan konsisten, maka suatu saat akan tercipta sebuah kebaikan yang luar biasa besar kekuatannya.
Cerita di atas bukanlah karangan belaka. Aku pun telah membuktikannya dengan caraku sendiri. Bersama Yasara Indonesia (YI), yakni sebuah komunitas sosial yang kudirikan pada 5 September 2015 di Yogyakarta, langkah-langkah kecilku kutorehkan. Hingga tak terasa, aku telah berjalan hampir 6 tahun bersamanya.
Melalui beberapa program kerja, yakni Yasara Bergerak (YB), Sahabat Pendidikan Indonesia (SPI), Berbagi Bahagia (BB), Santunan Anak Yatim/Piatu Non Panti (SANY) dan Yasara Menginspirasi (YM), YI telah menyalurkan bantuan senilai total Rp340.002.200,-. Bantuan tersebut diterima oleh 108 kaum dhuafa, 215 siswa-siswi SD-SMP-SMA negeri/swasta, 10 laptop untuk 10 panti asuhan di wilayah DIY-Jateng, dan 157 anak yatim/piatu non panti. Selain itu, YI telah menerbitkan 6 buku motivasi dan berhasil melaksanakan program OHC (One Hour Closer) sebanyak 40 kali dengan peserta ratusan orang yang mendatangkan narasumber inspiratif, kompeten dan berpengalaman dibidangnya.
Apa yang kuyakini selama ini benar-benar terjadi bahwa kekuatan dari langkah kecil yang kita torehkan dapat menjelma menjadi sebuah kekuatan besar bahkan mungkin jauh lebih besar dari apa yang kita bayangkan. Bersama YI, aku belajar bahwa kita harus membantu orang lain tanpa mengenal batasan jarak, uang, waktu maupun suku sehingga apabila dikaitkan dengan keadaan sekarang, pandemi COVID-19 justru haruslah menjadi momentum bagi kita semua untuk tidak tinggal diam dan meratapi keadaan. Kita harus lebih peka, lebih banyak bergerak dan berkontribusi dari sebelumnya karena banyak sekali orang yang membutuhkan pertolongan. Mereka bisa jadi adalah teman, sahabat, tetangga bahkan keluarga kita sendiri.
Maka, melalui tulisan ini pula saya ingin mengajak teman-teman lainnya untuk bersama-sama mengatasi berbagai permasalahan kemanusiaan di sekitar kita. Mari menjadi changemakers dengan langkah senyaman, sebisa dan semampu kita. Meski kecil dan sederhana, apapun langkah kebaikan yang kita torehkan, barangkali dapat membuat seseorang di luar sana merasa lebih sehat, aman dan bahagia.
Sebagai penutup, saya pun semakin menyadari bahwa membantu orang lain adalah kewajiban dan perwujudan rasa syukur terhadap nikmat yang kita dapatkan selama ini sehingga dengan adanya pandemi COVID-19, justru menjadi momen yang tepat bagi kita semua untuk berani memasuki pintu-pintu darurat yang terbuka di mana-mana untuk memberikan bantuan. Sekecil apapun itu. Sesederhana apapun bentuknya.
Saya yakin dan percaya, melalui langkah kecil dan sederhana itulah, banyak orang yang dapat memetik inspirasi, terbantu penghidupannya hingga kembali menemukan semangat untuk meraih mimpi-mimpinya di masa depan.
#BantuSesamaTanpaKeluarUang #SemuaBisaJadiChangemakers

Posting Komentar

Dimohon untuk berkomentar dengan bijak!

 
Top