![]() |
src: http://themewallpapers.com |
![]() |
src: src: http://themewallpapers.com |
Kami pun langsung mencari konferensi lainnya pada bulan Juli dan ketemu! Kami pun mendaftar acara International conference on Development of Research in Social Sciences, Humanities, Business and Management Studies (DRSHBM). Konferensi tersebut tapi tidak dilaksanakan di Sydney namun di Melbourne. Padahal sejak awal kami ingin mengunjungi Sydney. Ya sudah, the show must go on! Segala persiapan di lakukan. Termasuk menyiapkan visa. Saya pun bersama Edi bantu membantu dalam melengkapi persyaratan visa yang lumayan agak njlimet. Saldo di tabungan amannya tersedia 40 juta. Kami pun pinjam meminjam ke teman, saudara dan yang lainnya untuk menggemukan saldo tabungan :d Episode selanjutnya adalah pengumuman visa yang kami nantikan. Bertepatan dengan libur puasa dan lebaran kami pun sabar menunggu berhari hari sampai akhirnya visa kami di approved pada H-2 keberangkatan. Fyuh! Hampir saja kami gagal berangkat. Persiapan lain saya lakukan seperti menyiapkan pakaian musim dingin, makanan, perlengkapan presentasi dan lain sebagainya.
Karena Australia adalah negara yang mahal, saya pun membawa bekal seperti sayur kering tempe dan abon daging sapi yang awet dan tahan lama. Luamayan kan ngirit, karena di Australia nasi ayam harganya 10 dollar kurang lebih 100. 000 rupiah. Mahal kan? >.< Akhirnya waktu itu pun datang. Kami berangkat menuju Melbourne dengan rute Jogja-Kuala Lumpur kemudian Melbourne menggunakan pesawat Air Asia. Finally, Australia, we’re coming! Sesampainya di Melbourne kami pun dijamu oleh Seno, Mas Taufik, Mba Ana, Mba Hayu dan Bu Iin sekeluarga. Mereka adalah dosen dan teman teman se almamater kami yang sedang mengambil studi S2 dan S3 di RMIT, Monash University dan University of Melbourne. Mereka pula yang menemani saya dan Edi dalam menjelajah kota Melbourne.Kami mengunjungi Museum of Melbourne, State of Library, Kampus RMIT, Federation Square, NGV, Altona Beach, Brighton Beach, Fitzroy Garden, dan lain sebagainya.






Setelah beberapa hari di Melburne, saya dan Edi pun bersiap untuk mengikuti konferensi yang diadakan pada tanggal 8-9 Juli di Hotel Rydges On Swanston, Victoria, Melbourne. Konferensi tersebut diikuti oleh 5 negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Uni Emirat Arab dan Australia. Kurang lebih ada 15 orang dalam acara tersebut. Kami pun terkejut karena dari 15 orang tersebut, semuanya berprofesi menjadi dosen. Hanya saya dan Edi yang masih berstatus mahasiswa :D Alhamdulillah, presentasi berjalan dengan lancar. Setiap presentator diberikan waktu 10 menit untuk presentasi dan 5 menit untuk tanya jawab. Saya mendapat urutan ke tiga. Kemudian saya pun melakukan presntasi dan tanya jawab dengan presentator lainnya. Dengan bahasa inggris yang ala kadarnya, saya pun menjawab pertanyaan demi pertanyaan sampai selesai.

Setelah konferensi selesai, saya , Edi dan Mbak Ana memutuskan untuk berkunjung ke Sydney menggunakan kereta NSW TrainLink. Harga tiketnya sekitar 250 AUSD atau setara 2.500.000. Gilaaak! Mungkin ini harga tiket kereta api yang paling mahal yang pernah kami beli :D Dibutuhkan waktu 8 jam dalam perjalanan untuk mencapai Sydney. Kami berangkat dari Southern Cross, Melbaourne menuju Central Station, Sydney. Belum 1 jam berjalan, kereta berhenti. Setelah dikonfirmasi, ternyata ada kereta lain yang anjlok dalam perjalanan. Para staf kereta pun tidak dapat memastikan sampai kapan evakuasi kereta anjlok tersebut bisa dilakukan. Huwaaaa, kami pun terancam gagal ke Sydney :(. Setelah dua jam berselang, Alhamdulillah kereta yang anjlok berhasil di evakuasi. Kami pun meluncur menuju Sydney. Sesampainya di Sydney, kami bertemu dengan teman kami yaitu Mbak Joana (Master student of University of New South Wales). Beliau yang mengajak kami berkeliling Sydney. Dua hari di Sydney kami manfaatkan untuk berkeliling ke University of Sydney, Manly Beach dan tentunya Sydney Opera House.




Setelah perjalanan panjang di Melbourne dan Sydney, saya dan Edi pun kembali ke Jogjakarta pada tanggal 13 Juli 2017. Dari cerita singkat perjalanan ke Australia ini, saya ingin menekankan pada teman teman semua bahwa jangan pernah menyerah memperjuangkan mimpimu. Seperti cerita yang saya alami sendiri, perjuangan sejak 2012 hingga 2015 yang terus menerus nihil hasilnya. Keinginan melanjutkan studi di Australia yang juga zonk menjadikan Australia “worth it” untuk di perjuangkan. Sampai akhirnya, tidak disangka sangka pada Juli 2017, setelah penantian panjang sejak 2012 saya berhasil menginjakkan kaki di negara Australia. Nah, bagi teman teman yang masih berproses, masih terus menerus mengalami penolakan, jangan menyerah! Terus lanjutkan perjuanganmu. Habiskan jatah kegagalan sampai akhirnya kamu menang. Success will never come to you if you won’t go fot it (Anonymous)




Setelah beberapa hari di Melburne, saya dan Edi pun bersiap untuk mengikuti konferensi yang diadakan pada tanggal 8-9 Juli di Hotel Rydges On Swanston, Victoria, Melbourne. Konferensi tersebut diikuti oleh 5 negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Uni Emirat Arab dan Australia. Kurang lebih ada 15 orang dalam acara tersebut. Kami pun terkejut karena dari 15 orang tersebut, semuanya berprofesi menjadi dosen. Hanya saya dan Edi yang masih berstatus mahasiswa :D Alhamdulillah, presentasi berjalan dengan lancar. Setiap presentator diberikan waktu 10 menit untuk presentasi dan 5 menit untuk tanya jawab. Saya mendapat urutan ke tiga. Kemudian saya pun melakukan presntasi dan tanya jawab dengan presentator lainnya. Dengan bahasa inggris yang ala kadarnya, saya pun menjawab pertanyaan demi pertanyaan sampai selesai.

Setelah konferensi selesai, saya , Edi dan Mbak Ana memutuskan untuk berkunjung ke Sydney menggunakan kereta NSW TrainLink. Harga tiketnya sekitar 250 AUSD atau setara 2.500.000. Gilaaak! Mungkin ini harga tiket kereta api yang paling mahal yang pernah kami beli :D Dibutuhkan waktu 8 jam dalam perjalanan untuk mencapai Sydney. Kami berangkat dari Southern Cross, Melbaourne menuju Central Station, Sydney. Belum 1 jam berjalan, kereta berhenti. Setelah dikonfirmasi, ternyata ada kereta lain yang anjlok dalam perjalanan. Para staf kereta pun tidak dapat memastikan sampai kapan evakuasi kereta anjlok tersebut bisa dilakukan. Huwaaaa, kami pun terancam gagal ke Sydney :(. Setelah dua jam berselang, Alhamdulillah kereta yang anjlok berhasil di evakuasi. Kami pun meluncur menuju Sydney. Sesampainya di Sydney, kami bertemu dengan teman kami yaitu Mbak Joana (Master student of University of New South Wales). Beliau yang mengajak kami berkeliling Sydney. Dua hari di Sydney kami manfaatkan untuk berkeliling ke University of Sydney, Manly Beach dan tentunya Sydney Opera House.
Setelah perjalanan panjang di Melbourne dan Sydney, saya dan Edi pun kembali ke Jogjakarta pada tanggal 13 Juli 2017. Dari cerita singkat perjalanan ke Australia ini, saya ingin menekankan pada teman teman semua bahwa jangan pernah menyerah memperjuangkan mimpimu. Seperti cerita yang saya alami sendiri, perjuangan sejak 2012 hingga 2015 yang terus menerus nihil hasilnya. Keinginan melanjutkan studi di Australia yang juga zonk menjadikan Australia “worth it” untuk di perjuangkan. Sampai akhirnya, tidak disangka sangka pada Juli 2017, setelah penantian panjang sejak 2012 saya berhasil menginjakkan kaki di negara Australia. Nah, bagi teman teman yang masih berproses, masih terus menerus mengalami penolakan, jangan menyerah! Terus lanjutkan perjuanganmu. Habiskan jatah kegagalan sampai akhirnya kamu menang. Success will never come to you if you won’t go fot it (Anonymous)

Posting Komentar
Dimohon untuk berkomentar dengan bijak!